Salah satu aspek risiko operasional yang paling menantang adalah cakupannya yang sangat luas, yang dimulai dari bahaya atau kejadian hingga konsekuensi risiko operasional.Â
Maka dari itu, setiap analisis yang terkait dengan risiko operasional tidak dapat dimulai pada tingkat kejadian yang terjadi, tetapi harus dimulai dari tingkat bahaya terlebih dahulu.
Manajemen Risiko Operasional terdiri dari 4 tahapan yang saling terkait, dimulai dari identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian.
Identification (Identifikasi) adalah Proses untuk melihat dan identifikasi secara kontinu atas paparan risiko operasional dan penerapan manajemen risiko operasional serta melakukan pelaporan internal/eksternal atas paparan risiko yang terjadi.
Measurement (Pengukuran) adalah Proses menilai paparan risiko operasional pada produk, jasa, proses, dan sistem untuk mengetahui profil risiko perusahaan secara kuantitatif serta efektifitas penerapan manajemen risiko operasional.
Monitoring (Pemantauan) adalah Proses untuk mengamati secara berkelanjutan atas paparan risiko operasional dan penerapan manajemen risiko operasional serta melakukan pelaporan internal/eksternal atas paparan risiko yang terjadi.
Controlling (Pengendalian) adalah Proses kontrol atau pengendalian untuk memastikan risiko operasional berada pada tingkat yang minimal dan masih dapat diterima oleh perusahaan.
Contoh risiko operasional adalah kelalaian dalam menempatkan outlet listrik atau hub di dekat area basah, yang dapat menyebabkan kebakaran.
Contoh lainnya yaitu termasuk bencana alam seperti banjir, angin topan, angin topan, dan gempa bumi; peretasan sistem informasi oleh pihak luar; dan kerusuhan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI