Part 1
Sering kali kita mendengar, bahkan diajarkan di bangku sekolah dasar, SMP, hingga SMA bahwa kerajaan Islam pertama di Nusantara adalah Kerajaan Samudra Pasai. Namun, benarkah itu adalah sebuah fakta?
Ternyata, Kerajaan Samudra Pasai bukanlah kerajaan Islam pertama yang ada di Nusantara. Dalam Hikayat Raja-Raja Pasai, disebutkan bahwa Kerajaan Perlak (Peureulak) merupakan kerajaan Islam pertama di wilayah Nusantara, yang berdiri pada tahun 840 M.
Pada tahun 790 M, Kerajaan Perlak sudah ada, namun masih bercorak Hindu-Buddha. Saat itu, Perlak menjadi wilayah yang ramai dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai penjuru dunia. Banyak di antara para pedagang tersebut yang beragama Islam dan berasal dari Arab serta Persia. Mereka datang ke Perlak karena wilayah ini terkenal dengan kayu Perlak, yakni jenis kayu berkualitas tinggi yang digunakan sebagai bahan pembuatan perahu pada masa itu.
Tidak sedikit dari para pedagang Muslim ini yang kemudian menetap di Perlak. Selain berdagang, mereka juga mulai menyebarkan ajaran Islam kepada penduduk pribumi.
Melihat kesempatan ini, Khalifah Dinasti Abbasiyah, yaitu Harun al-Rasyid, mengutus beberapa ulama atau pendakwah ke wilayah Perlak untuk menyebarluaskan ajaran Islam. Rombongan ulama ini dikenal dengan sebutan Nahkoda Khalifah. Kedatangan mereka disambut baik oleh masyarakat Perlak, karena mereka menampilkan akhlak Islam yang luhur: santun, tawadhu, dan jujur.
Salah satu dari rombongan tersebut adalah Sayyid Ali al-Muktabar bin Muhammad Diba'i bin Imam Ja'far al-Shadiq, yang biasa dikenal sebagai Sayyid Ali. Pada saat itu, Kerajaan Perlak dipimpin oleh Syahrir Nuwi. Raja Syahrir Nuwi tertarik kepada Sayyid Ali karena sifat dan akhlaknya yang baik. Beliau kemudian mendekatkan diri dan banyak belajar dari Sayyid Ali. Atas izin Allah SWT, akhirnya Syahrir Nuwi memeluk Islam, meskipun saat itu kerajaan secara resmi belum menjadi kerajaan Islam.
Setelah masuk Islam, hubungan antara Syahrir Nuwi dan Sayyid Ali semakin dekat. Syahrir Nuwi bahkan menikahkan adiknya yang bernama Tansyir Dewi dengan Sayyid Ali. Dari pernikahan tersebut lahirlah seorang anak yang diberi nama Sayyid Abdul Aziz.
Pada tahun 840 M, setelah Syahrir Nuwi wafat, tahta kerajaan diteruskan oleh Sayyid Abdul Aziz (840--864 M), anak dari Sayyid Ali dan Tansyir Dewi. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak secara resmi menjadi kerajaan Islam, dan Sayyid Abdul Aziz diberikan gelar Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah.
Pada masa kepemimpinan Sultan Abdul Aziz, Kerajaan Perlak berkembang pesat. Banyak pedagang Muslim dari berbagai daerah berdatangan, dan pendidikan Islam mulai diperkenalkan melalui berbagai institusi keilmuan.