Mohon tunggu...
Alam Syah
Alam Syah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Invensi yang Membunuh Interaksi

29 Januari 2018   12:57 Diperbarui: 29 Januari 2018   13:02 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ARIEL ZAMBELICH (wired.com)

Globalisasi dan modernisasi, dua buah fenomena yang telah menjadi salah satu menu utama masyarakat Indonesia dewasa ini. Teknologi sebagai produk dari kedua fenomena ini membawa dampak yang begitu signifikan terhadap cara hidup dan cara pikir masyarakat secara umum. Smartphonesebagai salah satu contohnya. Sebelum alat ini tercipta, dahulu dikenal dengan bahasa yang jauh lebih sederhana yakni telepon genggam yang fungsi utamanya sekedar sebagai alat komunikasi. 

Sekarang dengan istilah terbarunya, alat ini tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan komunikasi namun juga memungkinkan manusia untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Contohnya, kebutuhan konsumsi dan transportasi yang bisa didapatkan cukup dengan sistem one clicksaja. Alat ini seolah dapat membuat hidup tersimplifikasi oleh segenggam tangan.

Ironinya, sudah bukan sebuah rahasia bahwa invensi tidak selamanya membawa dampak positif tetapi juga negatif. Smartphoneyang perkembangannya seolah tidak terbatasi oleh zaman, kini menjadi sebuah candu yang tidak sehat bagi masyarakat khususnya masyarakat Indonesia. Alat ini seolah menjadi media panjat sosial dalam masyarakat, dimana harga dan tingkat kecanggihannya melambangkan status sosial seseorang. Selain itu, kurangnya edukasi teknologi bagi masyarakat membuat masyarakat salah kaprah dalam menyikapi produk teknologi yang satu ini.

Smartphonedapat menjadi alat pembunuh sosialiasi massal, eksistensinya banyak disalahgunakan oleh orang-orang yang "kurang pintar" menggunakannya. Istilah "generasi nunduk" tidak begitu saja tercipta, melainkan muncul akibat perilaku masyarakat pengguna smartphone yang tidak pernah lepas dari benda yang satu ini. Beberapa jam saja tanpanya, dirasanya sulit sekali. Hal ini yang kemudian merusak pola sosialiasi dalam masyarakat, dimana masyarakat dewasa ini menjadi sulit sekali memiliki intensitas interaksi yang tinggi. Mereka lebih suka berinteraksi dengan smartphone-nya, yang kegiatannya tidak jauh dari mengintip aktivitas orang lain melalui media sosial. 

Memerhatikan dunia orang lain sepertinya jauh lebih baik dan indah dibandingkan memperhatikan dunianya sendiri. Ironinya lagi, bahkan dalam lingkungan atau ruangan yang sama interaksi ini pun hancur, semua mata dan pikiran tertuju pada benda ini. Tidak ada tawa dan tutur bahasa antar satu sama lain yang biasa kita nikmati di masa lampau, memang tidak sepenuhnya sirna namun hanya dilakukan sesekali saja. Bahkan dalam ruang lingkup sosialisasi yang kecil, keluarga, sering saya temui pola interaksi keluarga kolega yang hancur akibat candu yang berlebihan terhadap smartphone. Sungguh ironi, candu yang membuat lupa diri, bahkan keluarga sendiri.

Lebih sedihnya lagi, dewasa ini sering kita temui keluarga yang sudah memperkenalkan smartphone ataupun gadgetyang sejenis kepada anak-anaknya yang masih berusia sangat dini. Usia dini merupakan usia eksplorasi, dimana insan-insan yang masih rapuh akan nilai-nilai kehidupan akan dengan mudah menerima hal-hal yang baru mereka ketahui secara mentah-mentah. Memang, smartphone atau gadget sejenisnya memudahkan para orang-tua dalam memberi tontonan ataupun gameedukatif yang cocok bagi anak-anaknya, namun seringkali cara ini membuat anak-anak tersebut tidak bisa lepas dari benda tersebut. 

Orang-orang berusia cukup dewasa saja bisa tidak saling berinteraksi satu sama lain, bagaimana dengan anak-anak kecil yang sudah diperkenalkan dengan smartphone/gadget sejak mereka masih sangat dini? Hal ini bisa saja mempengaruhi bagaimana mereka kelak akan bersosialisasi dengan lingkungannya. 

Berbeda dengan zaman kita dahulu, dimana masa-masa kecil dipenuhi dengan irama gowesan sepeda, jempol kaki yang terluka akibat bermain sepak bola tanpa sepatu, tangan yang terluka sayat akibat benang gelasan layangan, dan amarah ibu yang membara saat maghrib tiba menandakan waktunya pulang. Sekarang, keindahan itu sulit sekali ditemui di lingkungan tempat kita tinggal sebab mayoritas dari anak-anak kecil lebih banyak menghabiskan jam-jam mereka dirumah, terpaku pada layar yang terus memanipulasi setiap cabang pikiran mereka.

Akibat kebiasaan yang turut mengorbankan sosialisasi dalam keluarga ini, membuat para generasi muda yang menginjak usia remaja melupakan peran orang-tua.Smartphonemereka jadikan sebagai media mengekspresikan segala pengalaman dan perasaan yang mereka alami dalam lingkungan sosialnya, sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar dengan membiarkan jutaan mata menyaksikan privasinya melalui dunia maya. Hal ini akan membuat mereka memiliki sifat yang cenderung tertutup bahkan dengan orang-orang terdekat mereka sendiri, sehingga peran penting keluarga pun menjadi kabur. Selain itu, sifat tertutup ini akan membuat mereka rentan terhadap nilai-nilai menyimpang yang dewasa ini bergerak bebas melalui dunia maya, contohnya pornografi.

Fenomena ini merupakan visualisasi ketergantungan manusia terhadap penemuan kaum kapitalis, yang mana hal ini merupakan tujuan utama para kapitalis guna terus memutar roda keuntungannya dengan terus memproduksi barang yang diinginkan masyarakat tanpa memperhatikan apa yang seharusnya tidak terjadi. Edukasi tentunya akan memainkan peran penting dalam menyikapi fenomena ini, dimana edukasi dapat menciptakan batasan-batasan tertentu terhadap hal yang semestinya di hindari. 

Pentingnya edukasi tidak hanya bagi para generasi muda tetapi juga bagi para generasi tua atau dalam hal ini adalah orang-tua. Vital bagi orang-tua untuk memahami kapan saat yang tepat untuk memperkenalkan teknologi ini kepada anak-anaknya dan bagaimana caranya menggunakan teknologi ini dengan baik dan benar sehingga manfaatnya dapat dirasakan. Dengan begitu maka masyarakat bisa menjelma menjadi smart users yang tahu betul bahwa suatu invensi akan memberikan dampak yang positif apabila digunakan dengan cerdas.

Sudahkah kita menjadi smart users?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun