Aku hanyalah sebuah lilin di Hadapanya-Nya. Aku Dibakar. Serasa Sakit sekali. Aku pun berteriak, "Mengapa?"
Dalam benaku bertutur, agar aku berguna. Tanpa dibakar, aku hanyalah lilin yang tak berguna. Ada tetapi tiada.
Aku harus berguna. Aku bukan untuk diriku sendiri. Aku harus berarti bagi kehidupan.
Aku Harus Terang laksana mengalahkan kegelapan dalam kehidupan (Rasa malas) . Tak berhenti membakar diri. Tak berhenti belajar. Tak berhenti sampai di sini. Dari titik ke titik. Dari lahir hingga mati aku harus terus belajar.
Aku Bisa padam -karena hembusan angin-. Agar aku tidak menjadi sombong. Agar aku tidak mengangkat daguku terhadap orang lain.
Aku bisa meleleh. Aku bisa tak berdaya. Aku bisa sakit. Aku bisa menangis. Aku bisa jatuh.
Sekejap Ia bisa mengambil sehatku. Seketika Ia bisa melenyapkan semua kebanggaanku.
Ia bisa mengempaskan segalanya. Sekonyong-konyong gelap. Seakan itu tak pernah ada.
Aku tak boleh bermegah diri. Aku bisa lenyap.
Aku Mau Diubah-Nya. Sebuah lilin tak berkeras hati menganggap diri sudah benar. Aku mau diperbaiki.
Aku adalah lilin. Lilin yang bisa salah. Lilin yang bisa khilaf. Lilin yang bisa keliru. Gelap padam itu dosaku.
Aku mau diubah-Nya. Aku mau berbenah diri. Selagi masih ada waktu.
Kawan, aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah sebuah lilin.
Lilin yang secara perlahan meleleh tanpa dapat memeberikan berkas cahaya bagi lainya.