Mohon tunggu...
Muhammad Aidil Ilham
Muhammad Aidil Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman. Dengan memaksimalkan kemampuan kepemimpinan, komunikasi dan kolaborasi, Saya mampu berkontribusi secara jurnalistik di media massa.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Dari Paser ke Samarinda: Perjalanan Fhacqih Menjadi Penyiar TVRI Kaltim

11 Maret 2025   15:20 Diperbarui: 11 Maret 2025   14:11 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fhacqih saat mendapatkan penghargaan Juara 2 Audisi Penyiar TVRI Kalimantan Timur 2024. Foto : Dok. Istimewa

Merantau bukan sekadar berpindah tempat, tetapi juga tentang menemukan jati diri dan peluang baru. Begitulah kisah Fhacqih Bey Zhelfian Noor, seorang mahasiswa asal Kabupaten Paser yang kini mengukir prestasi sebagai juara 2 dalam audisi penyiar TVRI Kalimantan Timur. Perjalanannya menuju dunia penyiaran bukanlah sesuatu hal yang direncanakan, namun justru menjadi bagian penting dari pembentukan dirinya.

Sejak awal, Fhacqih tak pernah membayangkan akan terjun ke dunia penyiaran. Namun, motivasi dari seorang figure inspiratif, Rohman Hidayat, membawanya ke jalan ini. Rohman bukan hanya seorang penyiar yang berpengalaman, tetapi juga seseorang yang aktif mendorong potensi anak-anak Paser agar mampu bersaing dengan mereka yang berasal dari kota besar.

Keikutsertaan Fhacqih dalam audisi TVRI Kaltim berasal dari sebuah unggalan di media sosial. Dengan dorongan semangat dan kepercayaan diri, ia pun mendaftarkan diri satu hari sebelum pendaftaran ditutup. Proses seleksi berlangsung dekat, dimulai dari pendaftaran dengan mencantumkan CV dan pengalaman. Dari banyaknya pendaftar, 20 orang terpilih untuk membuat video perkenalan sebagai bentuk penilaian berbicara. Tahap berikutnya semakin mengerucut, hingga hanya tersisa 10 peserta yang lolos untuk mendapatkan pembekalan dan materi siaran sebelum menghadapi tahap final.

Di babak akhir, para finalis diuji dengan dua jenis program: berita dan hiburan. Tak hanya harus menguasai teknik membaca berita dengan jelas dan lugas, mereka juga dituntut untuk mampu menghadirkan sisi yang lebih santai dan menghibur dalam program lainnya.

Menjadi penyiar bukan sekadar berbicara di depan kamera. Salah satu tantangan terbesar bagi Fhacqih adalah menyesuaikan diri dengan profesionalisme seorang penyiar yang harus selalu berwibawa, terutama saat membawa nama besar TVRI Kalimantan Timur. Terlepas dari itu, dalam kesehariannya, ia tetaplah seorang mahasiswa yang memiliki dinamika dan ekspresi yang lebih bebas.

Meski demikian, setiap proses memberikan pengalaman yang berharga. Salah satu momen paling berkesan adalah ketika ia pertama kali melakukan siaran langsung di televisi. “Pengalaman ini memberikan kesan dari terbentur menjadi terbentuk.” sebut Fhacqih, menggambarkan bagaimana setiap evaluasi dari produser dan tim membantunya terus berkembang.

Ketika diumumkan sebagai juara 2, Fhacqih mengaku tak menyangka. “Banyak peserta lain yang sudah memiliki pengalaman dan jam terbang tinggi. Tapi ternyata, saya diberikan rezeki untuk bisa sampai di titik ini.” katanya dengan nada penuh syukur.

Awalnya, Fhacqih bahkan belum memberitahu keluarganya soal audisi ini. Baru setelah lolos pendaftaran, ia akhirnya berbicara dengan sang Ibu. Dukungan penuh mengalir dari keluarganya. Teman-teman kampusnya pun tak kalah antusias. Mereka ikut merasa bangga dan memberikan semangat, meskipun baru mengenalnya dalam waktu singkat.
Namun, bagi Fhacqih, dunia penyiaran bukanlah satu-satunya impiannya. Ia juga memiliki ketertarikan besar di bidang penerbangan. “Penyiaran memberikan pengalaman yang luar biasa, tapi saya juga ingin menjelajahi dunia lain, seperti penerbangan.” ungkapnya.

Pesannya kepada mahasiswa perantau lainnya sederhana tapi penuh makna: “Junjunglah pendidikan setinggi mungkin, terus cari pengalaman, karena dari situlah kita akan terbentuk. Tidak ada salahnya mencoba, tidak ada salahnya untuk berproses. Kalau gagal, silahkan mencoba lagi, karena sekali berhasil pun belum tentu itu rezeki. Tapi rezekipun tidak ada yang mengetahui karena sudah ada yang mengatur.”

Kisah Fhacqih adalah bukti bahwa terkadang jalan yang tak direncanakan justru membawa kita pada pencapaian besar. Dan yang terpenting, keberanian untuk mencoba adalah awal dari segalanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun