Menjaga Etika dan Etos Dakwah di Era Digital: Antara Amanah Ilmu dan Tantangan Zaman
Di tengah gempuran arus informasi dan derasnya dinamika sosial masyarakat modern, wajah dakwah Islam ikut mengalami transformasi. Dari mimbar-mimbar konvensional menuju layar-layar digital, dakwah kini hadir dalam berbagai bentuk: video pendek, tulisan reflektif, live streaming, hingga podcast keislaman. Namun dalam perubahan bentuk ini, ada dua hal yang harus tetap dijaga dengan sungguh-sungguh: etika dan etos dalam berdakwah. Keduanya bukan sekadar hiasan, melainkan ruh yang menentukan apakah dakwah akan menyentuh hati atau justru ditolak mentah-mentah.
Etika Dakwah: Menyampaikan dengan Adab dan Akhlak
Etika dalam dakwah bukan hanya soal sopan santun, tetapi meliputi kesadaran moral dan spiritual dalam menyampaikan kebenaran. Dakwah yang beretika akan menjaga lisan, menghargai perbedaan, tidak menghakimi, dan menghindari celaan terhadap keyakinan lain. Dakwah seperti ini mencerminkan keindahan Islam yang rahmatan lil 'alamin.
Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan."
(QS. Al-An'am: 108)
Ayat ini menunjukkan pentingnya menghormati perasaan dan keyakinan orang lain meskipun berbeda, agar dakwah tidak menjadi sumber permusuhan.
Etika juga mencakup ketulusan dan keikhlasan. Dakwah tidak boleh menjadi alat mencari ketenaran atau keuntungan duniawi. Dakwah adalah bentuk ibadah yang hanya akan bernilai jika dilandasi niat karena Allah. Firman-Nya:
"Katakanlah: Aku tidak meminta imbalan kepada kamu dalam menyampaikan (Al-Qur'an); sesungguhnya (apa yang aku sampaikan) itu hanyalah peringatan bagi semesta alam."
(QS. Sad: 86)