Mohon tunggu...
Muhammad Aditya
Muhammad Aditya Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa dari universitas Islam negeri Alauddin Makassar saya masih semester 4 dan masih belajar membuat artikel dll

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar naskah filsafat, masih relevan?

22 Mei 2025   06:20 Diperbarui: 22 Mei 2025   06:20 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Filsafat klasik di tengah arus zaman digital --- ilustrasi tentang pertemuan pemikiran kuno dan dunia modern."(Sumber: ChatGPT (OpenAI))Oleh: Muhammad 

Di tengah laju pesat teknologi dan informasi, muncul pertanyaan: masih relevankah mempelajari naskah-naskah filsafat klasik di era kontemporer? Banyak yang beranggapan bahwa filsafat, apalagi dalam bentuk teks-teks kuno, telah ketinggalan zaman, tidak aplikatif, dan terlalu abstrak untuk menjawab tantangan dunia modern. Namun, benarkah demikian?

Filsafat dan Akar Peradaban

Filsafat bukan sekadar teori-teori abstrak. Ia adalah akar dari hampir semua ilmu pengetahuan. Ilmu politik, hukum, etika, bahkan sains modern, banyak berhutang pada pemikiran para filsuf seperti Plato, Aristoteles, Al-Farabi, hingga Ibn Sina. Dalam Maqid al-Falsifah, Imam Al-Ghazali justru menguraikan pemikiran para filsuf Yunani-Muslim secara sistematis sebelum mengkritiknya, menunjukkan betapa pentingnya memahami gagasan mereka secara adil dan menyeluruh.

Studi naskah filsafat memungkinkan kita tidak hanya mengenal ide-ide besar, tetapi juga memahami bagaimana logika dan argumentasi berkembang sepanjang zaman --- dari logika silogisme Aristoteles hingga pemikiran kritis Kant dan Heidegger.

Membaca Naskah: Melatih Kritis dan Reflektif

Di tengah era instan dan serbacepat, kemampuan berpikir kritis dan reflektif justru menjadi langka. Studi naskah filsafat memaksa kita untuk membaca secara perlahan, memahami konteks historis dan konsep-konsep yang rumit, serta mengembangkan daya nalar secara mendalam.

Immanuel Kant dalam esainya What is Enlightenment? pernah mengatakan, "Sapere aude!" --- beranilah berpikir sendiri! Ini adalah ajakan untuk tidak menerima segalanya secara pasif, melainkan mengolahnya dengan nalar. Bukankah ini justru yang kita butuhkan di zaman banjir informasi?

Menjawab Tantangan Zaman dengan Kebijaksanaan

Isu-isu seperti krisis identitas, kecemasan eksistensial, disrupsi teknologi, hingga konflik sosial tidak cukup diselesaikan dengan teknologi. Diperlukan refleksi filosofis. Friedrich Nietzsche misalnya, pernah berkata, "He who has a why to live can bear almost any how." --- siapa yang punya alasan untuk hidup, bisa menanggung segala beban hidup. Pemikiran seperti ini mengajak kita memahami sisi terdalam dari kemanusiaan.

Mempertemukan Tradisi dan Inovasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun