Ibu tiri Maria, Nyonya Marten, berada di rumah saat itu. Ia sempat menegur Corder, "Seandainya kau menikahi Maria dari awal, semua ini tidak akan terjadi!" Corder hanya menjawab, "Besok aku akan menikahinya."
Namun Nyonya Marten tidak percaya begitu saja. Ia tahu betul reputasi Corder---pembohong dan penipu. Sayangnya, Maria tetap pergi. Ia meninggalkan rumah sekitar pukul 12.30 siang, mengenakan syal berwarna hijau. Itu adalah kali terakhir keluarganya melihatnya hidup.
Kebohongan yang Berlanjut
Keesokan harinya, Corder kembali ke rumah keluarga Marten. Ia mengatakan bahwa Maria baik-baik saja, mereka telah menikah, dan sedang tinggal di tempat lain. Tapi yang aneh, Corder datang sendirian.
Waktu berlalu. Corder beberapa kali menulis surat kepada keluarga Marten, mengatakan bahwa Maria sedang sakit, atau tangannya cedera sehingga tidak bisa menulis surat sendiri. Ia juga menyebut bahwa mereka tinggal di Pulau Wight, dan takut pulang karena takut kemarahan masyarakat atas kawin lari mereka.
Tapi keluarga Marten mulai merasakan ada sesuatu yang janggal. Maria dikenal sebagai gadis yang sangat perhatian pada keluarganya. Tak mungkin ia menghilang begitu saja, apalagi tanpa kabar saat Natal.
Hari demi hari, harapan mulai berganti dengan firasat. Hingga pada suatu malam, Nyonya Marten mulai bermimpi. Dalam tidurnya, Maria hadir dalam wujud yang sangat nyata---memanggil, menangis, dan menunjuk ke arah Lumbung Merah.
Awalnya Nyonya Marten memendam mimpi itu. Ia khawatir dianggap berhalusinasi. Tapi mimpi itu terus datang---muncul dalam tiga malam berturut-turut. Akhirnya, ia tak tahan lagi dan memaksa suaminya untuk memeriksa Lumbung Merah.
Penemuan yang Menggemparkan
Tanggal 19 April 1828, hampir setahun setelah Maria menghilang, Tuan Marten dan temannya Bowtell mendatangi Lumbung Merah. Begitu memasuki bangunan tua itu, mereka menyapu jerami yang berserakan di lantai tanah. Mereka menemukan sebidang tanah yang tampak tergali---bekas galian baru.
Dengan hati berdebar, mereka mulai menggali. Baru sedalam kurang dari 50 cm, mereka menemukan karung goni, dan dari dalamnya mencuat syal hijau yang masih dikenakan korban. Bau busuk yang menyengat keluar dari lubang itu. Tak berani menggali lebih dalam, Tuan Marten bergegas pulang dan bertanya pada istrinya: