Mohon tunggu...
Muhammad abdul Rolobessy
Muhammad abdul Rolobessy Mohon Tunggu... Jurnalis - Editor

Bahasa mati rasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ziarah Penah, untuk Si Pencuri

13 Juni 2023   08:07 Diperbarui: 16 Juni 2023   02:13 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penulis: M.Abdul Rolobessy

SOREH---itu kedipan langit dan awan menguning, daun-daun tercecer, para petugas sibuk mencari mereka kemana-mana, ruang kelas, ruang guru, hingga ke tolet gabungan.

Dari tanah itu serbuk rindu terus memanggil nama,---beta yang beralas air dan daun kertas. menetes pada benang-benang jahitan setebal kain lap. Adapa apa dengan rindu? Tanya yang begitu mendalam pada hati yang ku beli sejak lahir, sebutan orang mungkin itu milik pribadi.    

Pencuri itu telah mati, dia membawa segengam harapan dan juga segenap intan dan berlian.---beta fikir mau jual di mana. Heh, persetan, mungkin ini hanyalah rindu pada ujung rambut dan cahaya kulit seterang bungga melati. Putih kapas, suci yang terhempas.

Ziarah mungkin tak punya makna bagi mereka yang lengkap isi dapur dan juga tahta keluarga. Resah melihat kedepan yang entah dimana akan menjadi kenyataan. Bingung yang begitu mendalam.

Soreh---yang setengah kuning dari cahaya emas alam, beta teringgat  tanggal 23 april 2015 silam. mendungnya awan sampai ke lubuk perasaan.detak jantung tak berdetak. suara pengajian al Quar'an, mulai terdengar keras di telinga---beta.

Teras rumah yang sederhana itu. Beta merindukan duduk bersama dan bercerita masa beta selalu di manjakan. Di gendong kesana kemari dan akhirnya berlari menelusuri mimpi.

Beta--- duduk bersama bapak di teras rumah yang saat itu sekeluarga kecil kumpul. Bapa dan ibu bercerita, selayaknya pacaran masa remaja. "tertawa hingga kedengaran ditelinga, dan aras langit"  yang tadinya setengah basah dan pada akhirnya air mata. Abang di mana? Kata bapa.ada di luar itu."ujar mama"

Sedikit kelembutan dan kerinduan bapak keluar menengok beta. Heh, kenapa abang duduk sendiri di sini? Tidak. Beta ada lihat-lihat oto dan mobil berjalan kaki menuju tempat tujuan yang beta sendiri tidak tau arah nya kemana! Bapa ketawa. Senyumnya tersimpan di benak.

Sembari beta berbaring tanpa hentinya alasan, rindu, sedih, patah tulang, pata hati, untuk itu beta kembai menulis pada ziarah pecuri,  yang membawa beta kedalam mimpi, di sekap berhari-hari. penyakit selalu menjelajahi tubuh, Untuk bapak semoga tenang di alam sanah dan senyumlah pada tanah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun