Mohon tunggu...
Muhammad Ichsan
Muhammad Ichsan Mohon Tunggu... Menyukai seni sastra, sosial dan budaya

http://ichsannotes.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film Wild Tales, Kegilaan Tak Terduga

13 Agustus 2016   21:35 Diperbarui: 14 Agustus 2016   11:39 1141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali kedua mobilnya ditilang lagi. Ia kembali mengunjungi perusahaan penderek itu. Simon berdebat dengan petugas loket yang menurutnya bersikap arogan. Puncak emosinya, ia mengambil tabung pemadam dan memecahkan kaca loket tersebut. Buntut dari hal ini, ia ditangkap polisi. Beruntung rekan utusan perusahaannya menebus agar ia bisa keluar. Akan tetapi, perusahaan memecat dirinya karena perbuatannya yang telah mencemarkan nama baik. Masalah tak berhenti sampai di sini, komisi perlindungan keluarga turut bereaksi. Simon diharuskan berpisah dengan keluarganya. Kekerasan yang ia lakukan dipandang berbahaya bagi keselamatan istri dan putrinya.    

Kehilangan pekerjaan, sendiri karena terpisah paksa dengan keluarga tercinta amat menekan jiwa. Ia merasa ini semua karena perusahaan penderek korup yang telah menghancurkan kehidupan bahagianya. Simon Fischer, insinyur ahli bahan peledak, merasa tak bisa membiarkannya begitu saja. Pembalasan setimpal mesti dirancang.

Dengan cermat, ia memasang bom berdaya ledak sedang, diletakkan dalam bagasi mobilnya. Berharap setelah diparkirkan di zona larangan parkir, mobilnya akan diderek ke perusahaan yang menjengkel hatinya itu. Harapannya terwujud.

Ketika mobilnya baru saja diletakkan di tempat parkir perusahaan penderek, bom meledak. Loket penebusan turut porak-poranda walaupun tak menelan korban jiwa.

Singkat cerita, Simon ditangkap dan dipenjara. Namun di dalam penjara, para pesakitan menyukai apa yang sudah dilakukannya – memberi pelajaran berharga terhadap perusahaan swasta korup ’tukang peras’ masyarakat. Keluarganya kembali padanya, bersama para narapidana merayakan hari ulang-tahunnya dengan meriah.

5. Pengajuan

Santiago, anak pengusaha kaya Mauricio, suatu malam di Utara Buenos Aires tepatnya di Libertador Avenue, menabrak seorang wanita hamil hingga tewas. Ia ketakutan dan langsung pulang ke rumah ayahnya. Melaporkan peristiwa tersebut pada kedua orang-tuanya dengan perasaan amat tertekan.

Berita tabrak lari itu dengan cepat menyebar-luas. Masyarakat mengecam pengemudi mobil yang tidak bertanggung-jawab terhadap korbannya. Mauricio melihat ini akan mengancam reputasinya. Ia harus bertindak cepat mengatasi masalah tersebut. Ia tak ingin anaknya masuk penjara. Ia tak mau nama baiknya tercemar karena ulah Santiago. Ia harus menemukan solusi yang tepat sesegera mungkin. Bersama pengacaranya ia mengatur segala upaya yang memungkinkannya keluar dari permasalahan.

Ketika Mauricio sedang menghibur istrinya yang begitu tertekan karena masalah ini, tiba-tiba melintas ide dalam benaknya. Di halaman luar ia melihat Jose, tukang kebun yang telah bekerja 15 tahun pada keluarganya. Ia langsung menemuinya. Menawarkan uang 500 ribu dollar dengan syarat Jose mau masuk penjara menggantikan Santiago. Pengacara Mauricio pun mendukung idenya. Mereka berdua mengatur cara-cara efektif agar semuanya berjalan mulus. Setelah diskusi yang cukup alot, akhirnya Jose bersedia. Mauricio boleh sedikit merasa  lega. Polisi lalu dihubungi agar segera membawanya untuk diperiksa. Pada saat Jose akan dibawa keluar rumah, di gerbang depan masyarakat berdemo menuntut keadilan terhadap pelaku tabrak lari itu. Tiba-tiba menyeruak keluar suami sang wanita dengan membawa palu dan langsung memukuli Jose hingga terjatuh.

Korban kini bertambah. Dua orang tak berdosa mati sia-sia. Yang pertama akibat kelalaian mengemudi Santiago anak manjanya Mauricio, dan si-miskin Jose adalah korban konspirasi. Ayah dan anak sama-sama telah berbuat kriminal tanpa mereka sadari. Dan sang suami dari wanita hamil korban tabrak lari pun tak mau ketinggalan. Langsung menghakimi tanpa tahu siapa penabrak istrinya nan malang sesungguhnya.

6. Hingga Kematian Memisahkan Kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun