Mohon tunggu...
Muhammad Arief Rosyid Hasan
Muhammad Arief Rosyid Hasan Mohon Tunggu... -

Aku adalah aku. Banyak kurang, sedikit lebihnya. Masih belajar menyempurna. Yakin Usaha Sampai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anningzhuang

27 Oktober 2013   14:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:58 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anningzhuang

Jangan engkau cari kedamaian di luar sana, karena sesungguhnya sebaik-baik kedamaian adalah output dari upaya kita menjaga akal sehat dan hati nurani.

Seringkali ada upaya untuk mencari sebab ‘tidak damai’ tanpa pernah kita berpikir bahwa kesempurnaan Tuhan merajai ciptaan-Nya, Manusia. Tak ada ciptaan seindah dan sekomplit manusia, cenderung sempurna.!

Bekal primordial, kesadaran dengan hati nurani dan akal sehat menjadi pembeda kita dengan ciptaan lainnya. Malaikat sekalipun dalam beberapa referensi diciptakan dengan kepatuhan yang sudah berjalan otomatis, terberi. Potensi tersebut meniscayakan mereka tak harus mempertanggungjawabkan apapun yang dilakukannya, mereka bekerja atas ‘kehendak-Nya’.

Di dalam manusia, kehendak Ilahi dijadikan sebagai potensi mengaktual. Ia akan bekerja ketika digerakkan atas kesadaran kemanusiaan. Atas kesadaran itu juga sehingga kita manusia atas segala apa yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan-Nya kecuali mereka yang gila dan belum akil baliqh.

Antrian kabar tak sedap membuat kita hampir kehilangan kesadaran akan kasih sayang Tuhan yang tak pernah habis. Seperti frustasinya Negarawan dan oratur ulung Marcus Tullius Cicero dengan jeritan O Tempora, O Mores! (Oh Waktu, Oh Tabiat!) ketika upaya perang terhadap korupsinya tak kunjung membuat sadar Kekaisaran Romawi.

Frustasi, kegalauan, dan teman-temannya menjadi akibat dari ketidakmampuan kita menjaga hati nurani dan akal sehat. Imunitas atau daya tahan kesadaran kita lambat laun menurun menjadikan disorientasi yang berujung pada penyimpangan dari yang hanif/benar. Semakin dibiarkan maka semakin ia tumbuh membesar, menggerogoti, dan abai terhadap “anggukan universal”.

Anningzhuang yang berarti ‘tempat yang damai’ terletak di dalam diri kita masing-masing. Kita yang berdaulat penuh atas segala kedamaian di dalam diri. Modalnya hati nurani dan akal sehat. Mereka yang berhasil menjaganya maka akan baik seluruhnya, begitupun sebaliknya.

Selamat merawat akal sehat dan hati nurani, selamat menemukan anningzhuang!

Menulis di udara, medan-jakarta

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun