Mohon tunggu...
Muhammad Alim
Muhammad Alim Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sang Pendamba Surga. Memohon ridho Allah dalam setiap langkah dan tarikan napas.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

PRJ di Monas Lagi? Terima Kasih Jokowi!

6 Juni 2013   15:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:27 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perhelatan ulang tahun DKI Jakarta pasti dipuncaki dengan sederet acara. Salah satu acara yang kudu terselenggara adalah Pekan Raya Jakarta atau biasa dipanggil Jakarta Fair. Namun sejak Jakarta Fair dipindahkan ke Kemayoran tahu 1992, terkesan acaranya kapitalistis dan merupakan pertunjukan pemodal , pebisnis dan atau pelaku industri besar, sedangkan rakyat seperti saya hanya bisa meneteskan air liur sambil melongo melihat etalase produk-produk yang jelas tidak dapat berpindah ke rumah saya.

Saya baru dua kali pergi ke Jakarta Fair sejak dipindahkan ke Kemayoran, padahal waktu kecil setiap tahun kami sekeluarga jalan kaki atau kadang naik bajaj dari Tanah Abang ke Gambir. Di Pintu gerbang disambut sepasang ondel-ondel raksasa, baru melihat itu saja sudah girang bukan kepalang, ibarat melihat dua pahlawan yang sudah lama tak jumpa!. Balon-balon udara, atraksi badut, aneka kuliner, salah satunya kerak telor, pedagang perahu kletek, dan keriuhan lainnya tumpah ruah dalam satu nafas. Nafas yang dihirup oleh rakyat. Nafas yang itu pula yang ingin dihirup Bang Ali Sadikin, pada tahun 1967, ketika menerima gagasan dari Syamsudin Mangan ketua KADIN waktu itu untuk menyelenggarakan suatu event rakyat berskala besar. Akhirnya tahun 1968 Pekan Raya Jakarta pertama berhasil digelar.

Namun sejak dipindahkan ke Kemayoran. Jakarta Fair, praktis kehilangan ruhnya. Kehilangan soul. Gambaran subjektif yang saya rasakan adalah,ini bukan pesta rakyat, dan Jakarta Fair bukan seperti ini. Ini adalah hanya sebuah Pameran Raksasa yang diberi label PEKAN RAYA JAKARTA. Jadi dari tahun ke tahun pesta rakyat ini sudah dibajak oleh para kapitalis. Kalaupun ada ditampilkan kesenian rakyat dan pelaku usaha kecil tak lebih dari sebuah pernak pernik, dan itu hanya tempelan saja, supaya tercitrakan bahwa sedang ada “Pesta Rakyat Jakarta”. Namun sekali lagi hati tidak bisa dibeli. Kesemuan tidak dapat mengobati kerinduan. Rakyat tetaplah menyepi di antara keramaian.

Adalah Jokowi – Ahok yang mulai mewacanakan Jakarta Fair dikembalikan ke khittahnya semula , yaitu di Gambir (MONAS) dengan acara yang akan didominasi acara-acara kerakyatan dan stand-stand yang akan diperuntukan oleh pelaku usaha kreatif kecil. Semoga ini menjadi kenyataan. Kita tunggu sampai tahun depan !.Siapa tahu nanti di gerbang masuk ondel-ondelnya yang sepasang JOKOWI – AHOK, ha…ha…ha… .(Pissssssss yah Pak Jokowi , steeeeyyyy kullll yah pak Basuki !!!).

Menurut hemat saya, pelaku usaha besarpun tidak usah khawatir, tetap saja dapat melangsungkan acara sejenis di Kemayoran bersamaan dengan Pekan Raya Jakarta, namun judulnya saja diganti menjadi Pameran Raya Jakarta. Nah ini namanya Jakarta Fair. Fair untuk rakyat. Fair untuk semua.

Selamat Ulang Tahun Jakarta !. Terima Kasih Jokowi-Ahok!. SALAM KERAK TELOR!!!


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun