Mohon tunggu...
Muhammad Alim
Muhammad Alim Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Sang Pendamba Surga. Memohon ridho Allah dalam setiap langkah dan tarikan napas.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jalan Raya Bukan Tempat Sampah

20 Juni 2013   19:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:41 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Blaaaaaarrrrr, botol plastik bekas air mineral itu terlempar ke jalan raya, ingin rasanya melemparkan balik botol itu mengenai badan mobil seharga hampir 1 M tersebut. Namun tak kuasa, karena saya berada di dalam angkot, kecuali saya menyuruh pengemudi angkot tersebut untuk mengejar mobil tersebut, dengan iming-iming tambahan ongkos yang besar tentunya he..he…., ya sudahlah akhirnya hanya bisa menggerutu.

Mungkin kejadian di atas, pastilah sering terjadi dan anda juga mengalaminya beberapa kali atau mungkin pernah menjadi pelakunya , mudah-mudahan tidak, karena kalo saya yang menemui seperti itu, siap-siap botol tersebut mendarat di muka anda. Praaaakkkk !.

Ironis, memang ternyata kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya tidak berkorelasi dengan status sosial seseorang. Dan di negeri yang kita cintai ini, perbuatan membuang sampah di sembarang tempat adalah hal yang lumrah dan bukan hal yang memalukan. Yang memalukan justru kalo kita bengang-bengong mencari tempat sampah (karena pasti dianggap orang aneh).

Padahal membuang sampah pada tempatnya adalah salah satu perbuatan untuk menjaga kebersihan. Dan menurut agama kebersihan itu adalah sebagian dariiman, atau bisa berarti orang yang tidak menjaga kebersihan, artinya kurang beriman, gitu kan!.

Dalam kitab-kitab fikih ibadah, bab tentang thaharoh ada di paling depan atau pada bab pertama. Ini menunjukan betapa, kebersihan merupakan hal yang penting dan menjadi semacam entry point dalam beribadah. Raga kita harus bersih. Jasmani kita bebas dari segala kotoran. Rumah dan lingkungan mesti asri. Namun kita sering abai dalam hal kebersihan ini. Karena menjaga kebersihan belumlah menjadi kesadaran kolektif di masyarakat kita. Belum menjadi bahasan yang penting di dalam kajian-kajian di majelis –majelis taklim atau bahkan di pesantren misalnya.

Ada satu cerita menarik, tiga hari setelah kerusuhan Mei 1998, saya dan beberapa teman pergi ke Glodok untuk membeli suatu barang , namun di tempat yang dituju toko ternyata juga menjadi korban kerusuhan. Kami hanya bisa lihat-lihat puing-puing di sekeliling daerah pertokoan tersebut dan sampah di mana-mana. Namun di tengah keramaian orang saat itu , saya memperhatikan ada seorang wartawan asing celingukan, di tangannya menggenggam gulungantissu, kemudian dia menuju ke toko yang ada di seberang jalan, apa yang terjadi ?. Membuang sampah!. Ke tempat sampah tentunya !. Segenggam tissue kecil, yang kalo dibuang di tempatnya berdiripun tak akan kelihatan, karena saat itu sampah dan puing-puing sisa kerusuhan bertebaran di mana-mana. Apa artinya?. Kesadaran untuk membuang sampah dengan baik danbenar pada orang tersebut sudah pada tahap automatic.

Jelaslah, perlu ditanamkan sejak dini pendidikan terhadap anak untuk menciptakan kebersihan. Keluarga mesti mewajibkan bahwa menjaga kebersihan adalah tanggung jawab setiap individu dalam keluarga itu. Rasa malu perlu ditimbulkan ketika kita membuang sampah bukan pada tempatnya. Sangsi sosial di masyarakat juga akan berefek pada rasa jera para pelaku pembuang sampah sembarang ini. Apabila generasi ke depan sudah ditanamkan kesadaran dan tanggung jawab kolektif untuk menciptakan kebersihan, pastilah akan menuai dampak positif. Lingkungan lebih asri, masalah banjir bisa diminimalisir bahkan dihilangkan dan saya juga gak perlu melemparkan sampah ke muka “pelaku buang sampah sembarangan” (bisa rusuh nih ceritanya he…he…).


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun