Mohon tunggu...
MUHAMMAD IRSAL
MUHAMMAD IRSAL Mohon Tunggu... Mahasiswa - Yakin Usaha Sampai

FKIP/PGSD - UNISMUH BUTON

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Intuisi dan Masalah Relativitas Akhlak dalam Bingkai Pancasila (Critical Review)

3 Maret 2021   00:37 Diperbarui: 3 Maret 2021   03:02 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(Selasa, 2 Maret 2021), sebuah critical review terhadap apa yang telah di paparkan oleh pemateri dalam forum Intermediate Training/Latihan Kader II (LK II) HMI Korkom Sunan Ampel, Cabang Surabaya (@hmiko.

Beberapa argumen yang saya tangkap dari pemaparan pemateri :

"Intuisi merupakan kemampuan untuk memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas. Kemudian fungsi intuisi ialah berbagai penelitian yang di lakukan, bahwa intuisi dapat menjadi jawaban yang terbaik dan benar jika diasah".

Yang kemudian yang telah di sampaikan, pemateri mengkorelasikan dalam bingkai Pancasila. Sebelum nya saya perlu karifikasi bahwa saya tidak sepenuhnya mendengarkan pemaparan pemanteri.

Perlu diketahui :

Pada masa Orde Lama muncul di Aceh apa yang terkenal denganperistiwa Pulot-Cot Jeumpa bulan Maret 1954, sehingga peristiwa ini pun disebut peristiwa Mar. 32 Bulan Maret bagi orang Aceh, tidaklah sesuci megah dan agungnya peringatan peristiwa 11 Maret 1966 dalam kerangka pikir Orde Baru, karena kekejaman tentara Republik di bulan itu telah demikian traumatis bagi rakyat Aceh. Dalam peristiwa Pulot-Cot Jeumpa ini, berkaitan dengan Darul Islam (1953-1964) di Aceh, tentara Nasional Indonesia dengan brutal membantai anak-anak bayi, wanita dan orang-orang tua yang sudah uzur. Angkatan perang

Republik ini memang terlihat begitu kuat dan perkasanya di hadapan “musuh-musuh” hamba la’eh (kaum lemah) di Aceh ini. Di headline Surat kabar “Peristiwa” yang terbit di Koetaradja (Kini Banda Aceh) memuat berita tragis tentang pembantaian manusia secara keji dan tak berperikemanusiaan: “99 orang penduduk di daerah Pulot Cot Jeumpa (Aceh Besar) yang tidak berdosa dibantai oleh alat negara. 33 Berita yang dikutip oleh beberapa harian di Jakarta, serta menimbulkan beberapa atmosfir kesedihan masyarakat Aceh di Jakarta, serta menimbulkan beberapa pertanyaan. Apakah benar, alat negara membantai rakyatnya sendiri, lebih-lebih rakyat yang tidak berdosa? Apakah mungkin ada kekejaman yang demikian biadab terjadi di Tanah air ini? Tetapi bagaimanapun pemberontakan yangterjadi di Aceh, pada hakekatnya adalah suatu “peperangan” antara alat negara sebagai kekuatan yang sah melawan gerombolan pem-berontak. Dalam setiap peperangan apa saja bisa terjadi. Tidak mustahil ayah membunuh anaknya, demikian juga sebaliknya. (31 Al-Chaidar, Sayed Mudhahar Ahmad dan Yarmen Dinamika, ACEH BERSIMBAH DARAH: Mengungkap Penerapan Status DOM (Daerah Operasi Militer) di Aceh 1989-1999, hal. 27 dst, Pustaka Al-Kautsar, Desember 1998).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun