Mohon tunggu...
Devan Alhoni
Devan Alhoni Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas Dan Konsultan Independen

Seorang penikmat karya-karya abstrak dan filosofis, Saya memiliki hasrat yang mendalam untuk menjelajahi makna-makna tersembunyi dalam setiap untaian kata. Pena dan buku menjadi kawan setianya dalam mengarungi samudra gagasan yang tak berbatas. Bagi saya, menulis bukan sekadar mengekspresikan pemikiran, melainkan juga upaya untuk menggali kebenaran di antara celah-celah realitas. Membaca pun tak hanya sekadar aktivitas menelan baris demi baris kata, tetapi juga menjadi petualangan intelektual yang tak pernah usai. Dengan kecermatannya dalam mengurai konsep-konsep kompleks, saya senantiasa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang eksistensi manusia dan alam semesta. Baginya, dunia adalah panggung metafisika yang tak pernah mengering dari teka-teki untuk dipecahkan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengejutkan! Inilah Alasan Sebenarnya Kenapa Dunia Selalu Butuh Orang Miskin

19 Mei 2024   06:02 Diperbarui: 19 Mei 2024   06:02 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketimpangan sosial telah menjadi masalah serius yang mengusik perhatian dunia sejak lama. Perbedaan harta kekayaan yang menganga lebar antara si kaya dan si miskin tidak hanya menciptakan ketidakadilan, tetapi juga menyebabkan golongan kaya memiliki kontrol yang lebih besar atas golongan miskin. Golongan kaya dapat membuat kebijakan yang justru semakin menyengsarakan kaum miskin.

Sebuah penelitian Oxfam mengungkap bahwa 1% orang terkaya di dunia menguasai dua pertiga kekayaan secara global atau 66% dari total kekayaan dunia. Fakta ini menggambarkan betapa besarnya kesenjangan sosial yang ada. Tidak heran jika banyak negara memiliki ambisi kuat untuk memberantas kemiskinan demi mempersempit jurang ketimpangan tersebut.

Namun, ambisi untuk membasmi kemiskinan secara total tampaknya tidak realistis. Dunia justru membutuhkan golongan miskin untuk menjalankan sistemnya sendiri, khususnya dalam sistem kapitalisme yang dianut mayoritas negara saat ini.

Kapitalisme: Sebuah Sistem yang Membutuhkan Kemiskinan

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang membebaskan pihak swasta menguasai alat produksi untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil mungkin. Dalam sistem ini, siapa pun diizinkan memiliki usaha sendiri dengan sedikit kontrol pemerintah.

Kapitalisme digambarkan seperti piramida di mana setiap manusia memiliki posisi berdasarkan kelas ekonominya. Golongan bawah menjadi pondasi utama yang menopang piramida tersebut. Sistem ini membutuhkan satu pihak atau golongan sebagai "tumbal" untuk mengisi posisi paling bawah agar piramida tidak runtuh.


Pemahaman masyarakat akan sistem keuangan dan perbudakan dalam kapitalisme terbatas karena sistem ini membutuhkan orang-orang yang tidak memahaminya untuk tetap berada di posisi bawah. Ketika semua orang di bawah mulai berpikir cara naik ke atas, piramid akan hancur. Oleh karena itu, akan selalu ada tantangan bagi golongan bawah untuk naik ke atas, baik melalui doktrin media, lingkungan, maupun sistem pendidikan yang cenderung mematikan pemikiran kritis.

Dalam kapitalisme, seorang pengusaha membutuhkan tenaga kerja atau buruh untuk menjalankan usahanya. Jika tidak ada lagi golongan miskin dan semua manusia hidup sejahtera, tidak akan ada lagi yang bersedia menjadi pekerja karena kebutuhan hidupnya sudah terpenuhi. Akibatnya, perusahaan-perusahaan akan tutup, dan produksi barang-barang kebutuhan sehari-hari akan terhambat.

Inilah alasan mengapa golongan miskin selalu dijaga untuk tetap berada pada posisinya, agar selalu ada manusia yang mau melakukan pekerjaan upah rendah. Jika tidak ada lagi golongan bawah, dunia akan berantakan karena tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam sistem kapitalisme.

Kemiskinan Kultural dan Struktural: Hambatan Menuju Kekayaan

Semua orang sebenarnya memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi kaya, tetapi tidak semua orang memiliki akses yang sama untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Kemiskinan terbagi menjadi dua jenis: kemiskinan kultural dan kemiskinan struktural.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun