Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Review Buku "Islam, Kepemimpinan Perempuan, dan Seksualitas"

31 Oktober 2020   15:46 Diperbarui: 31 Oktober 2020   15:54 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Islam, Kepimpinan Perempuan, dan Seksualitas yang ditulis oleh Bu Neng dara affiah ini adalah buku yang membahas tentang rekam jejak gerakan perempuan di indonesia pada era reformasi. Buku dengan tebal 200 halaman ini cocok dibaca untuk para feminim dan perempuan yang ingin tahu lebih lanjut tentang bolehkah perempuan memimpin di ruang publik dan bagaimana menurut perspektif islam ?. Nah Jejak buku tersebut dimulai dengan membahas topik awal tentang Islam dan kepemimpinan perempuan.

Pada mulanya bu neng dara ini memaparkan bahwa pada masa awal munculnya Islam, perempuan yang pertama kali mengikuti Rasulullah SAW dalam memeluk Islam adalah istrinya yang bernama siti khadijah. Selain itu perempuan yang paling dekat dengan nabi SAW adalah istrinya yang lain dan anaknya yang bernama siti aisyah dan fathimah azzahra.

Hal ini menjadi dasar bagi kita bahwa perempuan memiliki peran penting dan dapat menjadi pemimpin seperti halnya sayyidah khadijah yang pandai memimpin dalam hal berdagang. Akan tetapi maraknya di era reformasi ini ketidaksetaraan gender dan pemutarbalikkan fakta yang menunjukkan bahwa para kaum lelaki lebih pantas memimpin dan memutuskan kebijakan daripada perempuan.

Ia menggunakan dalil Al Qur'an dan hadits sebagai bentuk penolakan kepemimpinan perempuan yang laki-laki kutip dari surat An-Nissa ayat 34. Padahal tidak ada larangan dari Al Qur'an maupun hadist yang melarang perempuan menjadi pemimpin. Dan juga pada dasarnya di dalam surat Al baqarah ayat 30 dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin baik itu laki-laki maupun perempuan.

Lebih lanjut lagi bu neng darra menjelaskan Bahwa permasalahan ini bukan di ayat Al Qur'an sebenarnya, akan tetapi ego laki-laki yang telah tersosialisasi ini untuk menjadi penguasa. Padahal sudah banyak pemimpin-pemimpin perempuan dalam sejarah islam seperti Ratu tajul alam shafiyatuddin syah dari Aceh, terus ada juga rasuna said dari sumatera barat.

Di dalam buku tersebut dicontohkan bahwa megawati soekarno putri adalah seorang presiden perempuan pertama di indonesia yang ditolak kehadirannya oleh kongres umat islam di indonesia pada tahun 1998. Kendati demikian, megawati ini memiliki massa yg begitu kuat sehingga melahirkan pemimpin yg di idamkan oleh masyarakat indonesia yang merindukan sosok figur yg mengayomi dan tampak keibuan.

Selain itu ada sesosok kartini yang diceritakan dalam buku ini yaitu yang bernama Hj. Siti Masyitoh yang merupakan nenek dari penulis buku ini sekaligus dosen saya ini. Diceritakan bahwa neneknya ini adalah pengajar atau guru dan juga merupakan pendiri sekolah dasar islam. Beliau yang tidak menempuh pendidikan formal produk kolonial belanda ini tetapi ia mempunyai dedikasi yang tinggi, tidak mengenal lelah dan pengabdiannya yang cukup besar terhadap dunia pendidikan.

Murid dari K.H mas Abdurrahman ini mengajarkan banyak hal terhadap murid-muridnya seperti pelajaran tauhid, etika, fikih, dan lain-lain. Tapi sayangnya ia tidak dikenal di buku sejarah dan dicatat sebagai orang yang berjasa dalam memajukan pendidikan islam. Banyaknya polemik dan kontroversi tentang perempuan sebagai pemimpin ini menunjukkan bahwa negara belum menunjukkan sikap demokratis.

Padahal di dalam UUD 1945 sudah dijelaskan bahwa baik laki-laki maupun perempuan berhak menjadi pemimpin asalkan itu adalah pilihan rakyat. Banyaknya kesan yang disebutkan bahwa dunia politik itu keras dan kotor sehingga tidak cocok untuk diduduki perempuan padahal itu tergantung masing-masing sifat dari politisi saja yang membuat kotor.

Lahirnya Model pemerintahan yang memiliki pola sentralistik membuat masyarakat di daerah tertekan dengan berbagai kebijakan pemerintah pusat yang disebabkan pola-pola pembangunan yang berbau jawa sampai-sampai ada daerah yang ingin memerdakan wilayahnya dari indonesia. sehingga pada akhirnya keluarlah gagasan tentang kebijakan otonomi daerah yang memberikan peluang kepada masyarakat daerah untuk mengurus apa yang mereka mau dan tuju.

Di bab kedua ini bu neng menjelaskan isu tentang islam dan seksualitas perempuan lebih padat dan berisi. Banyak hal-hal baru yang bisa kita temukan sebagai pembaca seperti konsep perkawinan pada tiga agama yaitu ada Islam, Yahudi, dan kristen. Pemaparan mengenai itu disampaikan dengan lugas dan jelas, serta memakai kata yang mudah dipahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun