Mohon tunggu...
muhammad alif akbar
muhammad alif akbar Mohon Tunggu... Nelayan - tugas ct

lulus amin

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

pentingnya tidak membatasi pemikiran kehidupan manusia

16 Januari 2021   07:40 Diperbarui: 23 Januari 2021   00:40 1804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjara yang umum kita kenal adalah tempat untuk mengurung seseorang, untuk periode waktu tertentu, yang telah berbuat kesalahan atau kejahatan. Selama seseorang berada di penjara maka ia kehilangan kebebasan dan sebagian hak-haknya sebagai warga negara. Narapidana menjalani hidup yang monoton dan terisolasi dari dunia luar sampai masa hukumannya habis.

Penjara bukanlah tempat yang diidamkan setiap orang. Bahkan, tempat ini seringkali terasa menyeramkan.Tentu saja yang terbayang adalah ke tidak nyamanan karena di dalamnya menjadi tempat berkumpul para penjahat. Tentu saja yang ada dalam bayangan banyak orang penjara itu sebagaimana neraka yang amat menyiksa. Namun mungkin untuk mereka yang merupakan penjahat kelas kakap, berada di penjara adalah hal biasa bahkan sudah seperti hunian mereka sendiri. Dan keluar masuk itu sudah menjadi sesuatu yang biasa untuk mereka.Itu adalah gambaran dari kehidupan penjara yang tentu saja membuat seseorang tidak dapat bergerak secara bebas.
Penjara mental menjalankan fungsi yang sama. 

Namun sangat banyak orang yang secara sadar atau tidak sadar telah memasukkan diri mereka ke penjara yang tidak kasat mata, yang lebih mengerikan, dan dapat mengurung diri mereka seumur hidup. Satu-satunya cara untuk keluar dari penjara mental adalah dengan secara sadar menelaah setiap kepercayaan yang dipegang seseorang. Tidak ada kepercayaan yang baik atau buruk. Yang ada adalah kepercayaan yang mendukung dan menghambat.

Berbicara soal penjara, ternyata sebenarnya ada suatu penjara di dalam diri seseorang yang tidak disadari oleh mayoritas orang. Penjara yang dimaksud tersebut sebenarnya sama ngerinya dengan penjara nyata yang membatasi gerak dan kebebasan seseorang. Penjara yang dibilang lebih menyeramkan dibandingkan dengan penjara nyata tersebut adalah penjara mental. Dengan adanya penjara mental, seseorang akan terhambat untuk melakukan suatu hal yang semestinya mereka lakukan.

Misalnya saja ada seorang pebisnis yang tidak berani berhutang karena di dalam benaknya sudah tertanam bahwa hutang adalah sesuatu yang tabu. Ia justru memilih untuk membuka usaha dari nol. Hal itu lebih dikarenakan di dalam pikirannya hutang menjadi sesuatu yang tidak baik dan bisa mendekatkan pelakunya kepada dosa. Belum lagi jika di kemudian hari ia tidak bisa membayar hutang tersebut, maka tentu bisa menjadi beban di dalam kehidupannya.  

Namun, pada suatu hari seseorang tersebut berhutang karena bujukan dari salah seorang marketing. Yang membuat ia tertarik adalah karena dengan berhutang bisnisnya akan semakin melesat dan cepat berkembang dengan adanya uang hasil hutang tersebut. Sekalipun dalam jumlah yang tidak terlampau besar, hutang itu menjadi beban di dalam kehidupannya. Bahkan, hampir setiap malam ia bermimpi buruk dan ujung-ujungnya ia tidak bisa fokus untuk kemajuan bisnis yang ia rintis. Contoh ini merupakan gambaran dari penjara pikiran. Lebih kepada adanya hambatan yang terdapat di dalam otak seseorang.

Di dalam kasus orang yang di atas, ada juga sosok sebaliknya yang dengan ia tidak berhutang, maka akan sulit baginya bisa maju. Penjara mental memang kerap terjadi lantaran ada sejarah di dalam pengalaman yang membakas dalam diri dan pikiran seseorang. Sebagai contoh seseorang ayahnya pernah mempunyai mobil kemudian disita oleh bank dan itu membuat ayahnya menjadi stress. Bahkan hidupnya terguncang dan akhirnya mengalami bangkrut yang berujung pada hutang dalam jumlah milyaran. dengan ini membuat seseorang tersebut menjadi trauma. Karena itu menjadikan seseorang merasa ketakutan dengan hal yang berbau hutang.

Masing-masing individu tentu saja memiliki penjara mental. Seseorang yang sudah bebas dari yang namanya penjara mental merupakan orang gila. Sesungguhnya, ada kalanya penjara mental berdampak baik untuk seseorang. Karena pada dasarnya apapun yang ada di dalam pikiran seseorang tentu saja untuk menjadikan diri sebagai sosok yang bahagia dan terhindar dari yang namanya sengsara. Penjara mental mengenai tidak berhutang ataupun berhutang sesungguhnya termasuk ke dalam jenis penjara mental yang masih dalam taraf netral sehingga tidak perlu dibongkar. Yang perlu adalah bagaimana caranya Anda memanfaatkan penjara mental tersebut untuk kebaikan dan kemajuan kehidupan Anda.

Sebenarnya ada juga penjara mental yang tidak boleh dibuang, yaitu penjara mental yang berkaitan dengan kebaikan dan juga etika. Yang dimaksud adalah misalnya seseorang enggan untuk mencuri. Salah satu faktornya adalah karena adanya penjara mental dalam diri seseorang tersebut. Sehingga, jika ia melanggarnya, maka ia akan masuk penjara dan berdosa bahkan mendapatkan imbalan neraka.

Namun, ini tentu saja sangat berbeda dengan para koruptor yang telah memutuskan untuk mengancurkan penjara mentalnya sendiri. Sehingga, ia pun merasa biasa saja ketika sedang korupsi. Mereka sama sekali tidak merasa bersalah atas perbuatannya terlebih jika itu sudah biasa ia lakukan. Maka penjara bisa menjadi bak istana. Tidak hanya korupsi, ini sesungguhnya juga berlaku untuk berbagai tindakan yang ada di luar etika secara umum. Termasuk budaya untuk berlaku sopan santun.

Yang ingin disampaikan di sini adalah ada yang harus senantiasa dipenjara dan ada yang sebaiknya dibebaskan. Misalnya ketika ada kebiasaan menunda tugas, maka kata lakukan sekarang tentu harus segera dibebaskan. Karena sering kali itu diracuni oleh kata nanti sehingga tugas Anda tidak akan pernah selesai.

Di samping berbagai penundaan dan kemalasan, masih banuak lagi yang perlu dilepas dari penjara pikiran Anda. Misalnya saja ketakutan tanpa alasan, rasa tidak percaya diri dan masih banyak lagi hal negatif lain yang semestinya dibebaskan dari pikiran seseorang. Yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana mengelola penjara mental masing-masing individu.Pandai-pandai memilih mana yang semestinya dilepas dan mana yang harus tetap dipenjara.

Ketika kita dikatakan, bodoh, maka kita mudah menjawab, dengan mengatakan, "ya memang itu bukan bidang saya." Ketika orang mengatakan, kamu tidak cocok menangani kerjaan ini, maka dengan mudah kita mengatakan, "ya, memang kerjaan ini terlalu sulit untuk saya." Begitu juga ketika orang mengatakan, penyakit Anda sulit disembuhkan, maka pikiran kita langsung mengatakan memang benar, hidup saya tidak ada harapan lagi. sebagai orang Indonesia juga sadar, bahwa kebanyakan dari kita mudah menyerah, pasrah pada nasib, seolah nasib ditentukan oleh lingkungan, dan kita sendiri tidak mempunyai tanggung jawab memperjuangkan hidup kita sendiri. Dan ironisnya lagi, kita tidak mau memberontak terhadap apa kata orang, atas keadaan.

Sudah saatnya kita memerdekakan diri dari belenggu yang kita buat sendiri, yaitu perasaan pesimistis dan mudah menyerah. Kemerdekaan adalah jembatan emas, yaitu peluang untuk kita menjadi sukses, dan tidak diam dalam keputusasaan. Dalam lingkup kerja, jika ada permasalahan, kecenderungan pertama adalah melempar tanggung jawab. Masalahnya, semua orang menganggap itu bukan bidang saya. Akhirnya, tidak ada yang mengambil tindakan apa-apa. Maka, terjadilah lingkaran kronis problem tentang siapa yang bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun