Mohon tunggu...
Muhammad Gardi
Muhammad Gardi Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Futsal. Saya harap nilai saya bagus semester ini!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Konser Live Aid 1985 Merupakan Konser Terbaik Queen?

28 April 2025   08:11 Diperbarui: 28 April 2025   08:11 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : instagram officialqueenmusic

Geldof tidak setuju dengan anggapan umum bahwa kesuksesan dan reputasi Live Aid di masa kini membuat tugas Harvey Goldsmith (penanggung jawab Wembley) dan Bill Graham (penanggung jawab Stadion John F. Kennedy) menjadi lebih mudah.

"Bob harus memainkan trik khusus. Saat mengontak Elton dia bilang Queen dan Bowie sudah bersedia main---padahal ya belum. Baru ia hubungi Bowie dan bilang Elton dan Queen mau main. Begitulah, permainan gertakan saja."

Geldof mendekati Queen melalui Spike Edney, mantan anggota band Geldof yang saat itu jadi pemain keyboard Queen saat tampil live, demikian menurut Gavin Edwards untuk New York Times.

Awalnya, Queen tidak langsung menerima tawaran untuk tampil di Live Aid. Bukan karena Brian May, John Deacon, dan Roger Taylor sedang tidak bersama Freddie Mercury, melainkan karena grup band tersebut merasa sangat lelah setelah menjalani tur musim semi tahun 1985 di Selandia Baru, Australia, dan Jepang.

Namun, Freddie Mercury dan rekan-rekannya akhirnya setuju untuk berpartisipasi dalam konser Live Aid setelah mereka memahami betapa besarnya acara tersebut. Bob Geldof bahkan membujuk Freddie dengan mengatakan, "Seluruh panggung ini dibangun untukmu."

Queen adalah satu dari beberapa band yang main di bagian awal konser. Mereka berlatih serius selama tiga hari---lebih lama dari rekan artis lainnya. Hasilnya adalah pertunjukan yang menurut survei Channel 4 (via BBC News) pada tahun 2007 sebagai konser rock terbaik sepanjang masa.

"Bohemian Rhapsody" hanya dimainkan hingga bagian gitar solo Brian. Selanjutnya Queen menggoyang penonton dengan lagu "Radio Gaga". Temponya sedikit dipercepat, dan bagian paling ajaib adalah saat tangan penonton menepuk dua kali di udara, mengikuti arahan Freddie, sepanjang bagian reff.

Penonton lalu diajak Freddie untuk mengikuti improvisasinya. Teriakan "Aaayy.. Ohh..!" dilontarkan beberapa kali dalam variasi nada yang berbeda-beda. Balasan dari penonton tak kalah menggema. Sesi ini cuma berlangsung beberapa menit, tapi menjadi legendaris karena diteruskan Freddie di konser-konser besar setelahnya.

Setelah itu, Queen membawakan "Hammer to Fall" dan "Crazy Little Thing Called Love" dengan sentuhan rock and roll yang khas. Pada dua lagu yang lebih dikenal, "We Will Rock You" dan "We Are The Champions", para penonton kembali diajak untuk bertepuk tangan, melompat-lompat, bergoyang, dan pastinya ikut bernyanyi bersama.

Meskipun Brian May, John Deacon, dan Roger Taylor tampil dengan baik, sorotan utama malam itu tertuju pada Freddie Mercury. Energinya tampak tak terbatas dari awal hingga akhir penampilannya. Keringat membasahi tubuhnya, namun ia tetap memberikan kemampuan vokal terbaiknya sambil terus bergerak aktif di sepanjang panggung.

Setelah jeda singkat, Queen kembali ke atas panggung dan membawakan lagu terakhir mereka pada pukul 21.48. Freddie Mercury dan Brian May membawakan "Is This the World We Created...?" dalam aransemen akustik. Lirik lagu tersebut sangat menggambarkan kondisi di Etiopia sejak awal: "Lihatlah semua mulut lapar yang harus kita beri makan... Lihatlah semua penderitaan yang kita timbulkan..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun