Sementara itu, Eco Green Campus (EGC) berperan sebagai orkestrator yang memastikan narasi kolaborasi ini selaras dengan strategi makro kampus. Pencapaian UIN Raden Fatah dalam UI GreenMetric, dimana kampus "berhasil menduduki peringkat ke-33 secara nasional," menjadi bukti komitmen institusional yang tidak main-main. EGC memastikan bahwa setiap penuangan Eco-Enzyme bukanlah kegiatan insidental, melainkan sebuah langkah taktis dalam peta jalan menuju kampus hijau. Seorang pakar manajemen lingkungan menyatakan, "Integrasi antara gerakan bottom-up dan kebijakan top-down inilah yang menciptakan perubahan yang berkelanjutan." Sebagai orkestrator, EGC tidak hanya mengoordinasikan aksi, tetapi juga merancang strategi integrasi yang memetakan dampak program Eco-Enzyme terhadap indikator UI GreenMetric. Setiap kegiatan penuangan Eco-Enzyme secara sistematis dikaitkan dengan penilaian aspek Setting and Infrastructure (pengelolaan landscape kampus), Waste Management (pengurangan sampah organik), dan Water (konservasi kualitas air). Seorang koordinator EGC menjelaskan, "Kami mengembangkan sistem dokumentasi yang mengonversi setiap 100 liter Eco-Enzyme yang dituangkan setara dengan pengurangan 30 kg sampah organik dari TPA dan perbaikan kualitas air pada 50 meter panjang kanal." Pendekatan kuantitatif ini memungkinkan EGC menyajikan dampak nyata program dalam laporan keberlanjutan kampus, sekaligus memperkuat posisi UIN Raden Fatah dalam persaingan perguruan tinggi berkelanjutan di Indonesia.
Peran EGC melampaui batas kampus dengan membangun jejaring strategis untuk replikasi model kolaborasi ini. EGC aktif berbagi praktik terbaik (best practices) melalui forum Eco-Green Campus Network, mentransformasi pengalaman UIN Raden Fatah menjadi model yang dapat diadopsi perguruan tinggi lain. Sebuah studi tentang governance keberlanjutan pendidikan tinggi mencatat bahwa "efektivitas unit khusus seperti EGC terletak pada kemampuannya menjembatani akademisi, praktik, dan kebijakan." Melalui jejaring ini, EGC tidak hanya memperkuat posisi UIN Raden Fatah sebagai pelopor kampus hijau, tetapi juga berkontribusi pada percepatan implementasi pembangunan berkelanjutan di pendidikan tinggi Indonesia, menjadikan inisiatif Eco-Enzyme sebagai salah satu flagship program yang menginspirasi perubahan sistemik. Aksi nyata di kanal kampus kemudian menjadi klimaks dari narasi kolaborasi ini. Kanal yang sebelumnya mungkin hanya menjadi bagian dari landscape kampus, kini berubah menjadi living laboratory. Setelah aplikasi rutin, teramati bahwa "Eco-Enzyme berkontribusi pada netralisasi pH air dan meningkatkan kejernihan kanal." Proses bioremediasi ini adalah contoh nyata dari teori yang dipraktikkan, di mana enzim dan mikroorganisme dalam larutan bekerja mengurai polutan. Seorang peneliti bioteknologi menjelaskan, "Ini adalah bentuk bioremediasi yang elegan, memanfaatkan proses alami untuk menyembuhkan luka lingkungan."Â
Aksi nyata di kanal kampus tidak hanya berhenti pada perbaikan parameter fisik kimia air, tetapi telah menciptakan efek berantai bagi pemulihan ekosistem perairan. Proses bioremediasi yang dijalankan oleh Eco-Enzyme bekerja melalui tiga mekanisme utama: pertama, enzim protease dan amilase mengurai materi organik kompleks menjadi senyawa sederhana; kedua, mikroorganisme fermentasi bersimbiosis dengan bakteri indigenous kanal dalam mendegradasi polutan; ketiga, senyawa bioaktif yang dihasilkan berfungsi sebagai biostimulan bagi perkembangan mikroorganisme menguntungkan. Seorang ahli ekologi akuatik menegaskan, "Monitoring biologis membuktikan peningkatan keanekaragaman plankton dan makroinvertebrata, menandai restorasi fungsi ekologis kanal sebagai penunjang kehidupan." Keberhasilan kanal sebagai living laboratory telah mentransformasi pendekatan edukasi lingkungan di UIN Raden Fatah. Kanal yang sebelumnya hanya menjadi elemen estetika, kini berfungsi sebagai ruang belajar interdisipliner yang menghubungkan teori lingkungan dengan praktik keberlanjutan. Dosen Biologi FST menjelaskan, "Mahasiswa dari berbagai program studi kini dapat mempelajari proses bioremediasi secara langsung, menganalisis sampel air, dan mengembangkan penelitian lanjutan di lokasi yang mudah diakses." Transformasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga menumbuhkan generasi pemimpin lingkungan yang memahami bahwa solusi ekologis dapat dimulai dari sumber daya lokal yang sederhana dan berkelanjutan.
Pada akhirnya, narasi Eco-Enzyme di UIN Raden Fatah adalah sebuah cerita tentang harapan dan tanggung jawab kolektif. Ia membuktikan bahwa solusi untuk masalah lingkungan seringkali tidak rumit dan dapat dimulai dari diri sendiri. Seperti pesan yang sering disampaikan dalam berbagai kampanye lingkungan, "Jika setiap rumah tangga membuat Eco-Enzyme, kita dapat membantu memerangi pemanasan global secara efektif." Narasi ini tidak berakhir di tepi kanal Jakabaring; ia terus mengalir, menginspirasi setiap anggota komunitas kampus untuk menjadi penjaga lingkungan, menuliskan babak-babak baru dalam epik besar menuju keberlanjutan. Keberhasilan kolaborasi Eco-Enzyme di UIN Raden Fatah patut dikembangkan menjadi sebuah gerakan institusional yang lebih terstruktur dan berkelanjutan. Sebagai langkah strategis, saya merekomendasikan pengembangan sistem monitoring terintegrasi berbasis Internet of Things yang dapat mentransformasi kanal kampus menjadi laboratorium ekologis cerdas. Dengan memasang sensor pH, kekeruhan, dan oksigen terlarut yang terhubung dashboard real-time, kita tidak hanya memperoleh data akurat untuk evaluasi program, tetapi juga menciptakan sumber pembelajaran yang kaya bagi mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu. Akhirnya, penguatan kelembagaan melalui pembentukan task force khusus dan jejaring kolaborasi regional akan memperkuat dampak program. Dengan membentuk Konsorsium Eco-Enzyme Sumatera Selatan yang melibatkan perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan industri, UIN Raden Fatah dapat memimpin replikasi kesuksesan ini di wilayah yang lebih luas, sekaligus memperkuat posisinya sebagai hub inovasi keberlanjutan di Indonesia. Melalui pendekatan komprehensif ini, program Eco-Enzyme tidak hanya akan terus membersihkan kanal kampus, tetapi juga menjadi model inspiratif bagi pengelolaan lingkungan berkelanjutan di pendidikan tinggi Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI