Mohon tunggu...
Muhammad Rafie Rijal Raziq
Muhammad Rafie Rijal Raziq Mohon Tunggu... Lainnya - Profile untuk memenuhi tugas pengganti UTS.

.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Tetap Kerja atau Resign Saat Pandemi Merupakan Pilihan Sulit

29 Oktober 2020   12:11 Diperbarui: 30 Oktober 2020   19:43 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beruntunglah bagi kalian yang masih bisa bekerja saat pandemi, karena pada saat sekarang banyak sekali karyawan yang terkena layoff/diberhentikan untuk memangkas jumlah pengeluaran dari perusahaan itu sendiri.

Tapi, walaupun begitu, masih banyak karyawan yang memikirkan untuk resign karena beberapa alasan. Beberapa alasan tersebut bisa jadi karena mereka merasa beban kerja saat pandemi seperti ini lebih besar, bayaran yang diterima tidak sebanding dengan resiko jika tetap bekerja, perusahaan yang mulai tidak bisa meraih profit, atau mungkin harus merawat anggota keluarga yang sakit, dan karena takut tertular virus covid-19 pada saat pandemi seperti ini.

Haruskah kalian yang ingin resign merealisasikan keinginan tersebut? Jawabannya adalah "tergantung". Ya, tergantung bagaimana rencana kalian setelah resign. Ada beberapa hal yang harus kalian pikirkan jika ingin resign pada saat pandemi seperti ini. Apakah kalian memiliki cukup dana darurat untuk bertahan beberapa bulan ke depan sambil mencari pekerjaan baru? Apakah kalian punya usaha yang dapat digunakan untuk setidaknya memenuhi kebutuhan sehari-hari? Atau malah ingin bertahan karena sudah mendapat posisi yang enak pada perusahaan yang memiliki sisi learning development yang bagus? Atau karena takut pada ketidakpastian kondisi setelah resign? Semua hal tersebut harus dipertimbangkan matang-matang.

Untuk yang ingin resign, coba pertimbangkan sebaik mungkin. Kita bicara secara realistis, jika resign tanpa memiliki backup income dan dana darurat, sudah jelas finansial akan hancur, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga akan susah. Kemudian, jika ingin mencari pekerjaan lagi mungkin akan lebih berat karena pesaing yang ingin mencari pekerjaan akibat terkena layoff atau karena resign semakin banyak. Kadang jika dalam kondisi seperti ini tidak menuruti ego itu jauh lebih baik. Tetapi Jika tetap memilih untuk resign karena alasan satu dan yang lainnya, pastikan kamu dapat "memutar" uang yang kamu miliki sekarang agar dapat digunakan untuk bertahan hidup.

Untuk yang ingin bertahan, pastikan pemasukan mu sekarang dapat dipergunakan sebaik mungkin. Jika memungkinkan, buatlah second income atau passive income yang lain agar kamu tetap bisa bertahan jika suatu saat perusahaan harus berjalan dalam survival mode, di mana hiring mulai berhenti dan cashflow menjadi tidak lancar.

Dan untuk yang memutuskan resign lalu pindah ke perusahaan lain, lakukan riset untuk mencari data tentang industri dan perusahaan tujuan. Apakah mereka akan survive? Apakah kamu akan menjadi orang pertama yang "dipersilahkan pergi" jika terjadi sesuatu pada perusahaan tersebut? Bagaimana culture perusahaan pada saat krisis seperti ini? Apakah safety net mencukupi? Bagaimana dengan dana darurat? Jika semua hal tersebut terlihat aman maka jangan ragu untuk pindah ke tempat yang lebih baik. Yang terpenting adalah jangan loncat keluar hanya karena ego.

Semua kembali lagi pada kondisi dan prioritas kalian. Ingatlah dengan law of equivalent exchange, korbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Jadi, pertimbangkan semuanya dahulu secara matang sebelum mengambil keputusan ya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun