Mohon tunggu...
Muhammad IqbalPutra
Muhammad IqbalPutra Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Polemik Politik yang Penuh Intrik

7 Desember 2019   11:06 Diperbarui: 7 Desember 2019   12:27 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Muhammad Iqbal Putra Erdiansyah

Indonesia, Negara yang bersemboyankan bhineka tunggal ika yang berarti berbedabeda tetapi tetap satu jua. Semboyan ini tak lepas dari kondisi Indonesia yang beranekaragam baik dari budayanya, agamanya, maupun sukunya. Dengan keanekaragaman ini jika tidak ada alat untuk menyatukan seluruh perbedaan maka sangat rawan terjadi perpecahan.

Indonesia juga merupakan Negara yang tersusun dari beribu-ribu pulau, oleh karena itu dengan kondisi wilayah yang seperti ini pemerintah harusnya menjunjung tinggi keadilan dalam setiap kebijakan yang dibuatnya agar tidak timbul kecemburuan sosial antara wilayah. Sistem pemertintahan yang dianut dinegara ini adalah sistem demokrasi yang berarti rakyat bebas mengemukakan pendapat.

Dalam hal ini pemerintah harus bersikap adil terhadap segala bentuk pendapat yang dikemukakan oleh rakyatnya. Namun implementasinya keadilan yang seharusnya ada ternyata hanya semboyan belaka, yang katanya semua warga Negara kedudukannya sama ketika dimeja hukum semuannya hanya omong kosong saja 

Pemerintah mulai tidak objektif dalam menangani segala kasus yang ada dinegeri ini, para elite politik dinegeri ini selalu lolos dari jeruji besi padahal jelas-jelas perbuatannya bisa merusak persatuan dibumi pertiwi. Kasus pidato Ibu Sukmawati contohnya, Ibu Sukmawati anak dari proklamator negeri, anak dari pendiri bangsa ini tapi bisa-bisanya memiliki sikap tidak terpuji yang dapat menimbulkan perpecahan dinegeri ini.

Ketika beliau membuat steatment tentang perbandingan antara Nabi Muhammad SAW dengan Ir.Soekarno apakah beliau tidak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Memang Negara ini Negara demokrasi, semua orang bebas berpendapat semua orang bebas bersuara tapi yang harus dipikirkan ketika kita berpendapat adalah dampak apa yang akan ditimbulkan setelah kita bersuara apakah dampak itu baik atau malah menimbulkan dampak yang buruk.

Ibu Sukmawati yang harusnya terkena pasal 156 a tentang penistaan agama tapi nyatanya tidak terkena tindak pidana. Pada permasalahan ini dapat kita lihat lemahnya hukum dinegeri ini kepada para elite politiknya sendiri. Ibu Sukmawati yang dengan sangat jelas menodai persatuan negeri ini bisa bebas dari jeruji besi.

Dimana letak keadilan dinegeri ini ketika orang yang jelas-jelas melakukan tindak pidana bisa lepas begitu saja tanpa ada tindakan yang membuatnya jera, karena kasus ini bukan yang pertama, melainkan kasus kedua yang sebenarnya duduk permasalahannya tidak jauh beda dengan kasusnya yang pertama yaitu sama-sama melakukan penistaan terhadap agama islam. 

Kasus tadi sangat berbanding terbalik dengan kasus penistaan pancasila dari Tokoh besar agama Islam yaitu Habib Rizeq Shihab. Jika Ibu Sukmawati bisa bebas dari jeruji besi dari kasus tadi, Habib Rizeq Shihab malah diasingkan dari negerinya sendiri. Banyak sekali isu yang muncul terkait kasus Habib Rizeq Shihab yang tak kunjung pulang ke pangkuan ibu pertiwi, dimana isu yang paling hangat adalah adanya pencekalan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia kepada Habib Rizeq Shihab sehingga beliau terpaksa bertahan lebih lama di Saudi Arabia.

Jika nanti memang terbukti bahwa pemerintah Indonesia melakukan pencekalan terhadap Habib Rizeq Shihab, maka memang benar adanya, bahwa politik akhir zaman ini sungguh kejam. Dimana para penguasa yang haus akan kekuasaan takut singgahsannya terusik oleh orang-orang yang tidak sejalan dengannya. 

Habib Rizeq Shihab sebelum terkena kasus penistaan pancasila ini memang dikenal sebagai tokoh Islam yang gencar mengkritisi rezim yang sedang berkuasa dinegeri ini bersama tokoh lain yaitu Habib Bahar bin Smith yang sekarang juga sedang mendekam dijeruji besi akibat penganiyayaan terhadap santri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun