Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seni Keheningan: Belajar Berbicara Lebih Sedikit

15 November 2021   11:01 Diperbarui: 15 November 2021   11:08 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keheningan bukanlah ketiadaan kata-kata, melainkan berbicara dengan penuh makna tanpa membuka mulut | Ilustrasi oleh Oleg Mit via Pixabay

Bayangkan bahwa kita pergi berlayar menuju keluasan samudra yang dipenuhi ketidakpastian, tetapi kita tidak menyempatkan diri untuk melihat peta perjalanan. Tampaknya begitu bagus bahwa kapal yang kita kemudikan terus melaju dengan cepat.

Hanya saja, besar kemungkinan kita tersesat.

Keheningan bukanlah kekosongan kata-kata. Keheningan bukan pula ketiadaan suara yang menyembunyikan kebenaran.

Dalam konteks ini, keheningan adalah berbicara dengan mulut tertutup di mana perasaan dan pikiran tetap bekerja sebagaimana kodrat manusia untuk mencari tahu. Di sinilah terjadi jeda dalam rentang peristiwa yang kita alami sehari-hari.

Energi dari kesunyian ini melahirkan potensi yang benar-benar kuat untuk kita menenggelamkan diri dalam keindahan semesta, dan ketika kita menghentikannya, kita menjadi sangat mungkin untuk tertipu oleh ilusi-ilusi yang ditawarkan kehidupan.

Dalam keheningan, kita dapat benar-benar mendengarkan bisikan yang datang dari dalam diri kita. Bahkan bukan hanya dengan diri kita sendiri, melainkan juga dengan dunia yang melingkupi kita setiap saat.

Merangkul keheningan juga berarti berbicara seefektif mungkin tanpa memutar-mutar perkataan sehingga pada dirinya lebih banyak kepalsuan daripada kebenaran. "Semakin banyak berbicara, semakin banyak pula kebohongan," kata seseorang.

Berbicara lebih sedikit tidak selalu berarti berpikir lebih sedikit, tetapi itu dapat mengarah pada kualitas pikiran kita yang lebih baik. Maksudnya, pikiran semacam ini yang justru sungguh-sungguh diresapi dengan persepsi dan kesadaran.

Menjernihkan penilaian adalah anugerah dari pikiran yang bekerja dengan tenang; momen ketika kita memupuk keheningan lahir dan batin. Tidaklah mungkin untuk peka terhadap apa yang terjadi di sekitar kita bila kita sibuk berbicara sepanjang waktu.

Sama seperti makanan yang dikonsumsi tanpa dikunyah, itu membahayakan diri sendiri.

Selama ini khalayak beranggapan bahwa orang cerdas cenderung lebih sedikit berbicara, tetapi kebalikannya juga benar: berbicara lebih sedikit membuat kita lebih cerdas (dan bijaksana).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun