Barangkali bisa disebut bahwa kami ini meniru cara para pendahulu kita dalam belajar. Dan kami berusaha mengembalikan makna kata "sekolah" pada asal usul bahasanya. Terserahlah mau percaya atau tidak, sekolah nyeleneh semacam ini memang sudah ada. Lakukanlah penelitian!
Bagi mereka yang paham dan percaya, sekolah hanyalah satu tempat singgah untuk menghabiskan waktu luang yang tersisa, barangkali sekadar bersuka ria selagi usia masih muda.
Sebelum penjajah tiba, nenek moyang kita tak kenal ijazah, sebab sekolah pun juga tak ada. Tapi mereka belajar! Belajar segala soal: bertani, berladang, mengenal alat-alat penting. Semua orang adalah guru! Semua tempat adalah sekolah! Setiap detik adalah pembelajaran!
Dan suatu ketika, mereka akan bersaksi atas sekolah impianku yang nyeleneh: Siapa yang sesungguhnya memelihara para fakir miskin dan anak terlantar?
Muhammad Andi Firmansyah, yang sedang duduk bertapa mengolah hidupnya.