Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. Sekarang menjabat sebagai Redaktur media digital adakreatif.id https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kata Unik dan Semua Tentang Persepsinya

8 Maret 2023   10:15 Diperbarui: 9 Maret 2023   00:44 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artinya adalah, ada perbedaan pada konsep yang disebut "gedang". Sementara para ahli bahasa menyebut hal ini sebagai sebuah keunikan, karena bahasa bersifat arbiter atau manasuka. 

Jadi di dalam bahasa "unik" bisa jadi sama, atau pun berbeda. Unik bisa saja hal yang sama di tempat yang lain, namun kesepakatannya berbeda. Seperti halnya ketika memakai celana, kita semua sepakat bahwa celana dikenakkan oleh kaum laki-laki, tetapi bukan berarti celana tidak bisa digunakan oleh kaum perempuan.

Dalam kasus ini mungkin kita menganggap karena perempuanlah yang unik, akan tetapi kita tidak melihat bahwa celana juga memiliki fungsi yang unik. Jadi kita perlu memperluas cara berpikir kita untuk memahami apa itu "unik".

Memamahami "unik" selama ini sebatas pengertian dari dalam kamus bahasa saja, sehingga kita terlalu serampangan dalam menentukan mana yang unik dan mana yang tidak, atau jangan-jangan semua hal itu unik.

Seperti ketika guru menilai semua murid di kelasnya. Ia tidak bisa menyebutkan bahwa A lebih unik dari yang lainnya, karena yang lainnya juga memiliki keunikan yang berbeda. Akan tetapi semua anak di kelas itu adalah murid mereka yang sama levelnya. Dan pastinya sebagian dari mereka sama-sama berjenis kelamin perempuan, atau sama-sama berjenis kelamin laki-laki.

Jadi, "unik" sendiri memiliki hal yang sangat unik untuk dibahas, bukan sekedar melihat artinya di dalam kamus bahasa, akan tetapi lebih dari pada itu. Mari kita pikirkan sekali lagi apa itu unik.

Kita semua adalah murid, dan tentunya kita pernah mendapatkan nasehat dari guru kita sewaktu masih duduk dibangku sekolah dahulu. Khebinekaan adalah hal sangat khas di negeri ini, mengingat negara kita terbentuk dari berbagai suku, budaya, bahasa, dan kepercayaan yang berbeda-beda. Tetapi kita sanggup untuk menjadikannya satu dalam Republik Indonesia. 

Maka untuk mempertahankannya kita kerap diajarkan untuk memandang semua suku, budaya, bahasa, dan agama di negeri ini sebagai sebuah kekayaan yang "unik". Tentunya karena khebinekaan yang selama ini kita pegang, yang tertulis pada tubuh simbol idiologi bangsa kita ini memiliki keunikan di mata dunia. Sebagai sesuatu yang besar dan luar biasa. 

Sementara setiap suku, budaya, bahasa, dan kepercayaan kita yang berbeda-beda ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Akan tetapi semuanya memiliki kemiripan dan dalam jumlah yang banyak.

Katakanlah suku Jawa memiliki jumlah populasi terbanyak pertama, disusul suku Sunda, Batak, Betawi dan lainnya. Sementara dalam kebudayaan Sunda dan Jawa, ditemukan beberapa kemiripan yang mungkin dipengaruhi oleh garis keturunan yang sama. Tapi kita masih menggunakan kata "unik" untuk memuji masing-masing suku, budaya, bahasa, dan kepercayaan yang ada di negeri ini.

Sesungguhnya "unik" tidak terpaku pada sebuah bentuk fiksi. "Unik" juka bukan sekedar istilah untuk mengekspresikan bahwa sesuatu yang kita lihat, yang kita alami, yang kita rasa, yang kita sentuh adalah sesutu yang menarik dan berbeda, dari pada yang lain. 'Unik" itu sendiri adalah sebuah persepsi, bukan seperti apa yang kita lihat, kita rasa, kita dengar, kita sentuh, dan kita alami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun