Mohon tunggu...
Yasinisme
Yasinisme Mohon Tunggu... Lainnya - Lelaki penikmat es kelapa muda

Lelaki yang berusaha memanusiakan manusia. Kuli tinta, Pengabdi masyarakat. www.yasinisme.blogspoot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keluhan dari Jalanan

20 Agustus 2019   06:09 Diperbarui: 20 Agustus 2019   06:30 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengeluh berarti tidak menerima.
Tidak menerima berarti ada perasaan yang merasa kurang dari apa yang sudah di janjikan.
Jika konteks mengeluh berkaitan dengan Tuhan, jelas ini salah, apalagi yang mengeluh adalah umat islam, sebab dalam Al Quran muncul istilah Qonaah, yang berarti menerima, lapang atau berserah atas apa yang diberikan Tuhan, mengenai baik dan buruknya, kembali kepada seberapa besar rasa syukur dan iman seseorang. 

Tapi jika mengeluh lantaran sesama manusia, apakah keluhan tersebut juga salah?. Ini berbanding terbalik, sebab pada hakikatnya dalam keluhan yang mengkaitkan  janji beserta keadaan yang sebenar-benarnya dengan kepalsuan, kebohongan bahkan ekstrimnya lagi merekayasa seolah sama namun malah jauh berbeda jelas kesalahan fatal bagi yang membuat keluhan itu muncul.

"Siapa orang itu?"

Ya mereka yang berseragam rapih-rapih, yang kalau bilang selalu katanya begini....
katanya begono..

katanya begitu.

tapi jadinya malah kaga

begono...

Kaga begini...

dan kaga begitu...

"ini ngecor apa ngapain, ko gini banget"

Mungkin begitu keluhannya.

Datang lantaran dugaan dana yang digunakan malah masuk ke kantung celana.

Oh iya sebelum jauh membaca, saya perjelas jika keluhan ini ada di Babelan, Kabupaten Bekasi, tentang perbaikan jalan.

"Bagaimana bisa Cor seburuk ini terjadi?"

Bisa saja, kan bukan uang mereka melainkan uang orang lain.

"siapa orang lainnya?"

Yang bayar pajak lah, gak mandang mau yang empot-empotan nyari duit ke, yang dagang asongan kek, bahkan yang makanya ama nasi campur garem aja.

"Ko bisa si nggak amanah?"
Bisa lah, kan dibilang bukan duit mereka, duit yang bayar pajak. Soalnya di otak mereka yang ada cuma "aspal, jalan bagus" udah itu aja, selebihnya masalah kakuatan aspal bertahan lama atau apalah-apalah masa bodo. Mereka gak ngerasain capenya nyari duit, cuma ngerasain megang duit, yaudah kalau megangnya sampe puluhan jutaan, bisa jadi kan kebanyakan megang separohnya taro kantong aja lah.

"Ntar kalo rusak lagi jalanya gimana?"
Ya tinggal minta uang lagi

"Uang mereka?"
Ya bukan, uang rakyat yang bayar pajak. Terus megang duit lagi dah, terus kantongin lagi dah separo, terus....terus... Ya terus aja begitu sampe ikan sapu-sapu hidupnya di darat, kaga di kali lagi.

"Terus nggak ada tindakan?"
Mau bertindak pegimana, apanan kitamah cuma rakyat biasa, ngerti juga kaga yang namanya tindak menindak. Cuma ngerti kalo garem itu rasanya asin.

"Tanggapan abang?"
Kaga ada yang ditanggapin sayamah, bongganan yang rada melek ikut ngiat terus sampein dah kepengenan saya yang tinggal di lebah sini ama pengguna jalan yang lewatin.

Kalau sudah masuk kantong duitnya, bukan masalah karya atau impian bersama yang terealisasi, tapi cuma masalah di ada-adain saja, tanpa ada kesungguhan membuatnya jadi.

"Udah gitu aja?"

Dari warga Babelan, Kabupaten Bekasi. Sebut saja Bang Jay

Saya ada di
www. Pujanggaranco.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun