Syekh Tubagus Jaliman Bin Syekh Tubagus Mukhiyi.
Lahir Di Desa Pematang, Kragilan, Serang Banten pada Hari Rabu 10 Muharam 2432 H/1866 M.
Jaliman kecil tinggal Di Pesantren dan mendapat didikan agama langsung dari ayahnya Syekh Tb. Mukhiyi. Jaliman diajarkan pula tentang sejarah, Bahasa Arab, Politik, Perdagangan, Pertanian serta Ilmu beladiri Silat. Bagi orang Banten, Silat adalah hal yang wajib dipelajari sebagai bela diri Sesuai dengan pepatah lama "Wong Banten kedah saget maos qur'an lan silat supados sampurna jasmani lan ruhani". (Orang Banten harus bisa ngaji Qur'an dan silat supaya sempurna jasmani dan Ruhaninya)
Jaliman Mumpuni dalam ilmu Al-Qur'an dan Nahwu Shorof. hingga memudahkan beliau ketika mempelajari ilmu Tafsir seperti kitab Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qurtuby, dan Tafsir Al- Jalalain.
Sambil mengaji Jaliman membantu mengajar di Pondok Pesantren yang didirikan Ayahandanya Di Daerah Mongpok Sampih Serang Banten.
Usia 18 Tahun (1884) Jaliman menunaikan ibadah haji, selanjutnya menimba ilmu Di Madinah kepada:
1. Syekh Salim Bin Sumeir,
2. Syekh Hasbullah Al-Maliqi di Mahad At-Tarbiyah al Islamiyah,
3. Mahad Nurul Kasyaf Al-islamiy serta
4. Mahad Darut Tafsir (konsen mempelajari Ilmu Tafsir).
Selanjutnya Jaliman mengaji kitab Tafsir Al-Munir, Puluhan Kitab Fiqh dan Kitab Minhaj al Raghibi (Kitab Tasawuf) langsung kepada pengarang sekaligus Dzuriyatnya yaitu Sayyidulhijaz Syekh Nawawi Al-Bantani.
Setelah 15 Tahun mengaji beliau digelari Syekh dan Kembali ke Tanah Banten.
Di usia 33 tahun setelah mendirikan Pesantren Syaikh Jaliman menikah dengan Salahsatu santri ayahnya yng Bernama Nyai Dewi Hafsah. Putri dari seorang Ulama masyhur Di Daerah Cikeusal Kragilan Serang Banten, masih  keturunan kesultanan Banten dan Sumedang Larang.
Ada kisah unik dalam perjodohan Syekh Jaliman dengan Nyai Dewi Hafsah ini.
Mereka tahu dijodohkan tapi tidak mengenal dan tidak mengetahui akan ciri fisiknya satu sama lain.
Hanya Syekh Jaliman sempat bersurat ketika Di Madinah kepada Ibu Nyai Dewi Hafsah Yang isi suratnya: Qs: Al-Furqon ayat 74
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan dari kalangan kami sebagai penenang hati." (QS Al-Furqon 74)
Ketika surat nya diterima, tak lama Ibu Nyai Dewi Hafsah membalas surat Syekh Jaliman  dengan ayat Al Qur'an:
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (QS Al-Baqarah 153)
Syaikh Jaliman dan Ibu Nyai Dewi Hafsah dikaruniai 3 orang anak:
1. H. Abu Bakar Di Balaraja, Haji 2. H. Muhammad Boang di Kragilan dan
3. Ki Rasidi Di Pematang.
Dari sumber artikel lain, Syaikh Jaliman sempat menikah lagi dengan Wanita asal Balaraja dan Bunar, tetapi belum bisa dipastikan akan kebenarannya.
Seperti halnya ulama lainya Syaikh Jaliman mendirikan Pondok Pesantren Syekh Jaliman Di Desa Bunar Pematang Kragilan Serang Banten (sekarang Masjid Syekh Jaliman).
Syaikh Jaliman Selain mengajar ilmu Nahwu Shorof, Tafsir, Fiqh dan Hadist, juga mengajari santrinya Ilmu Tariqoh untuk melebur qolbu yang keras, Mengasah Tauhid agar semua muridnya bisa Tawadhu.
Kalam Syaikh Jaliman kepada Santrinya:
 " Dadi uwong aje kepengen dideleng wong nduwur, sabab sing nduwur kuwi hanya Gusti Allah, Kudu dadi pare sing waktune panen tapi boten tegak melainkan nyungkun sing artine rasa syukur karo gusti Allah"
"Jadi orang jangan ingin dipandang orang tinggi, sebab yang tinggi itu hnya Gusti Allah. Harus seperti padi yang waktunya panen tapi tidak tegak melainkan menunduk yang artinya rasa syukur kepada Gusti Allah".