Abuya Kiai Haji Ardani bin Idan lahir pada tahun ( 1889 M -- wafat 1957 M) adalah seorang ulama dan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia di wilayah Banten. Abuya Ardani merupakan pendiri Pondok Pesantren Al-Falahiyah yang didirikan pada tahun 1913 M.
Abuya Ardani merupakan anak tunggal dari pasangan KH. Idan dan Nyi Tiyeum. Ayahnya seorang ulama kharismatik yang berasal dari Mengger, Cikoromoy Pandeglang Banten. Sedangkan ibunya berasal dari Trumbu Serang Banten.
Ardani kecil sudah menjadi yatim piatu di usia 7 tahun. Yng Kemudian di asuh oleh Ki Daim.
Ardani pada usianya yang masih 7 tahun, memulai pendidikannya dengan belajar agama ilmu nahwu (tata bahasa arab) kepada Kiyai Ardani (Tegal Kunir). Beliau mengenyam pendidikan bersama Kiyai Ardani selama 5 tahun. Hingga Akhirnya, Ardani kecil pun kembali pulang kepada Ki Daim orangtua asuhnya.
Selanjutnya Ki Daim menyerahkan Ardani muda kepada Kiyai Salmin. Dengan Kiyai salmin, Ardani belajar mengenai Ilmu Fiqih. Tidak lama belajar dengannya, Kiyai Salmin menyuruh Ardani untuk belajar dengan seorang ulama yang berasal dari Rumpaksina, yaitu Kiyai Musa.
Ki Musa pun menerima kedatangan Ardani dengan sangat baik dan memberikan kasih sayang yang berlimpah kepada Abuya Ardani.
Ardani melepas masa lajangnya di usia 15 tahun, dengan menikahi Nyi Zainab. Buah hati dari pernikahannya, Beliau dikaruniai 7 orang anak, yang terdiri dari 6 anak laki-laki 1 anak perempuan.
Menginjak ke usia 40 tahun, Abuya Ardani menikah kembali dengan Hj. Umamah yang berasal dari Kampung Panggang, Desa Selapajang, Cisoka, Tangerang Banten. Pada pernikahannya yang kedua ini, Abuya Ardani dikaruniai tujuh orang anak.
Guru-gurunya:
1. Kiyai Ardani (Tegal Kunir),
2. Kiai Salmin (Kampung Gunung),
3. Ki Musa (Rumpaksina),
4. Ahmad Syathibi al-Qonturi (Mama Gentur)
5. Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri (Mama Sempur)
6. Syaikh Nawawi (Mandaya) dan
7. Abuya Shiddiq Baros Cangkudu
Peranan Abuya Ardani di Nahdlatul Ulama: