Mohon tunggu...
Muhamad Saudi
Muhamad Saudi Mohon Tunggu... Penikmat kopi hitam

Biografi Ulama Tanah Banten (Rangkasbitung Pandeglang Serang Cilegon Tangerang)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Abuya Sanja Kadukaweng Pandeglang Banten

4 Agustus 2023   00:34 Diperbarui: 4 Agustus 2023   00:57 3018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar diambil dari catatan muhtadi

Begitulah sosok ulama yang  tawadu' dalam perikehidupan sehari-hari. setelah mempunyai murid banyak pun beliau tidak gila hormat.

Pernah satu hari. Sebagaimana biasa ba'da sholat subuh Abuya Sanja mencangkul disawah sampai menjelang waktu dimulainya pengajaran di majlis sekitar pukul tujuh pagi. Ada calon santri yang datang dari jauh ingin mondok ke Abuya Sanja kadukaweng. santri itu membawa banyak barang bawaan. sehingga ditengah perjalanan ke pesantren, dia kewalahan membawa barang-barangnya sendirian. 

kebetulan ada seorang petani tua yang berjalan kaki menuju ke arahnya. karena kewalahan dan belum tahu akan tempat yang dituju Santri ini bertaya pada petani tua itu bahkan meminta dibawakan barang bawaanya. petani tua ini mengiyakan saja dan mengantarkan santri yang ingin mondok ini hingga sampai ke pesantren. Sesampainya di depan majlis, orang itu berkata: " Saya hanya bisa antar sampai disini saja, bila "mamang" (sebutan pada santri di Pandeglang) mau bertemu guru di pondok ini, silahkan mamang kesana dan itu rumahnya, saya mau pulang".

Selanjutnya santri itu pergi menuju rumah pimpinan pondok pesantren nya, dan tak berselang lama dia bertemu juga. Namun betapa terkejutnya, ternyata orang tua yang mengantarkannya tadi adalah seseorang yang akan di jadikan gurunya.
Sang santri merasa malu, penuh penyesalan dan meminta maaf,  Abuya Sanja mengiyakan dan memakluminya maklum tidak tahu.

Singkat cerita setelah bercengkrama, santri itu dititipkan kepada lurah Kobong (ketua santri) agar ditempatkan di kobong yang masih tersedia, selanjutnya santri ini ikut dengan lurah Kobong menuju tempat yang akan ditinggalinya, namun tanpa diketahui oleh siapapun santri ini sudah tidak ada, pergi meninggalkan pesantren begitu saja di malam hari.

Mama Sanja mengawali dunia pendidikannya dibawah gemblengan Kiyai Luthfi di sebuah pesantren di kampung Kadugadung, Cipeucang, Pandeglang Banten. sambil sekolah Di Vervolksch School, Sekolah lanjutan untuk sekolah desa, dengan bahasa pengantarnya bahasa daerah selama 2 tahun. lalu melanjutkan nyantri di  KH.Tubagus Abdul Halim (Abuya Abdul Halim) kadupeusing. seorang Kiayi sekaligus Bupati Pandeglang pertama pasca kemerdekaan. Kemudian Mama Sanja melanjutkan pesantrennya ke Abuya Muqri Karabohong Labuan, Pandeglang Banten. Sosok Kiyai yang terkenal dengan semangat pembelaannya pada tanah air. 

Abuya Muqri terjun langsung pada perang Pandeglang tahun 1926 bersama Syekh Asnawi caringin dan Syekh Falati dari Maghribi (maroko) yang sengaja datang ke tanah Banten untuk membantu perjuangan rakyat Banten melawan belanda.

Setelah itu Mama Sanja menuntut ilmu di luar wilayah Banten. beliau berguru kepada Syaikh Adro'i Sukaraja Garut Jawa Barat. Syaikh Sdro'I ini terkenal sebagai Raja Alfiyah pada masa itu. Setelah wafatnya Syaikh Adro'I, Mama Sanja menjadi penerus risalah penghulu para ahli Kitab Alfiyah. lalu Mama Sanja menuntut ilmu di pesantren Sempur asuhan Syekh Tubagus Ahmad Bakri bin Tubagus Seda (Mama Sempur).

Mama Sempur adalah Bangsawan Banten yang menuntut ilmu kepada Syekh Nawawi bin Umar al-Jawi Al Bantani kelahiran Tanara, Serang, Banten. yang dipusarakan di pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah.
Setelah Mama Sempur pulang ke jawa beliau mendirikan pesantren di Sempur Plered Purwakarta Jawa Barat.

Dari Mama Sempur,  Abuya Sanja melanjutkan pesantrennya ke Gentur asuhan Syekh Ahmad Syatibi (Mama Gentur). Mama Gentur adalah seorang ulama ahli ilmu balaghoh pengarang Kitab Maqulat dan Kitab Nasta'in. Lalu Mama Sanja melanjutkan pesantrennya ke Cirebon, Pekalongan, dan ke Bogor Bogor di Syaikh Ruyani (Mama Ruyani). Juga Mama  Sanja belajar pada guru-guru yang lain.

Para ulama dan  pengasuh pondok pesantren di seluruh Banten dari mulai tahun 1950 an sampai 1990 rata-rata pernah merasakan nyantri di Mama Sanja. sebab  Belum lengkap rasanya ilmu yang ditimba di banyak pesantren bila belum merasakan nyantri dan ngaji ilmu nahwu dan shorof di Mama Sanja yang merupakan penghulu para ahli al-Fiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun