Mohon tunggu...
Muhamad Saudi
Muhamad Saudi Mohon Tunggu... Penikmat kopi hitam

Biografi Ulama Tanah Banten (Rangkasbitung Pandeglang Serang Cilegon Tangerang)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Abuya Dimyati Cidahu Pandeglang Banten

30 Juli 2023   01:16 Diperbarui: 30 Juli 2023   01:24 2520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 gambar Abuya Dimyati diambil dari Tebuireng online

KH.Nahrowi Dalhar atau masyhur dengan panggilan Mbah Dalhar Watucongkol, Muntilan Magelang Jogjakarta berbicara kepada para muridnya.
"Besok akan datang "kitab banyak,"
tentu saja para santri bergembira mendengar kabar itu. meski sebenarnya "Kitab banyak" yang dimaksud Mbah Dalhar bukanlah seperti yang dibayangkan oleh para santri yaitu buku yang banyak jumlahnya. tetapi hanya sebuah isyarat tentang seseorang yang memiliki banyak ilmu pengetahuan. soal siapa sosok "kitab banyak" yang dimaksud oleh Mbah Dalhar tidak ada satupun santri yang tahu.
Sampai tiba waktunya, Mbah Dalhar kedatangan tamu, lalu tamu itu diperkenalkan kepada para santri. Namanya Abuya Dimyati. para santri bingung karna sosok yang di Abuya kan oleh Mbah Dalhar tampak biasa saja dan tidak terlihat istimewa  seperti halnya seorang berilmu tinggi. ditambah, beberapa hari tinggal disana, Abuya Dimyati lebih banyak diam. dan santri-santri pun segan untuk bertanya.

Mbah Dalhar menyadari hal itu. karenanya, dihari ke 40 akhirnya beliau memanggil dan bertanya kepada Abuya Dimyati: "Sampeyan mau apa jauh-jauh dari Banten kesini?"
Abuya Menjawab: "Saya mau mondok Mbah,"
Mbah Dalhar tersenyum dan berkata:
"Perlu sampeyan ketahui, di sini ndak ada elmu, elmu itu ada di sampeyan, sampeyan pulang lah.. syarahi kitab-kitab Mbahmu."
"Saya tetap mau ngaji disini Mbah,"  jawab Abuya Dimyati.
Mbah Dalhar menjawab: "Kalau begitu, sampeyan harus bantu saya ngajar dan Ndak boleh punya teman."
Pernah juga satu ketika, Mbah Dim hendak mengaji kepada KH.Baidlowi Lasem Rembang, namun ditolak. Mbah Dim tetap ngotot menjadi santri Mbah Baidlowi Meski akhirnya diterima, namun Mbah Baidlowi bingung dan merasa tidak pantas memberikan ijazah tarekat syadziliyah kepada Mbah Dim. sampai pada akhirnya Mbah Baidlowi meminta muridnya shalat istikharah untuk meminta petunjuk.Walhasil, Mbah Dim mengatakan bahwa Mbah Baidlowi adalah mursyid yang sudah Nihayah (mencapai posisi puncak) dalam ber thoriqoh dan bertasawuf.  Akhirnya, Mbah Baidlowi pun memberikan ijazah kepada Mbah Dim.
Perjalanan seperti ini adalah beberapa dari sekian banyak kisah yang dilakoni Abuya Dimyati dalam proses menambah ilmu. Padahal, sejatinya beliau sudah mumpuni dalam semua bidang keilmuan.

Abuya Dimyati selalu haus akan ilmu, Rasa ketidak puasannya dalam menuntut ilmu akhirnya membawa dia belajar dari satu guru ke guru lainnya. saking mumpuni ilmunya, tak jarang Abuya Dimyati justru selalu diminta untuk mengajar meski niat awalnya adalah belajar.
Beliau punya banyak guru. diantaranya:

1. KH.Abdul Halim (Abuya Abdul Halim) Kadupesing Pandeglang Banten,

2. KH.Abdul Hamid Ilyas Muhammad al-Muqri (Abuya Muqri) Labuan Pandeglang Banten,
3. KH.Nahrowi Dalhar (Mbah Dalhar) Watucongkol Muntilan Magelang Jogjakarta
4. KH.Tubagus Ahmad Bakri as Sampuri (Mama Sempur) Plered Purwakarta Jawa Barat,
5. KH.Muhammad Abdul Muhith (Mbah Nawawi) Jejeran Tuban Jogjakarta,
6. KH.Khozin/KH.Muhajir (Mbah Khozin) Bendo Pare kediri,
7. KH.Baedlowi Lasem (Mbah Lasem) Rembang Jateng dan
8. KH.Ahmad Rukyat Kaliwungu Kendal Jateng.
Mbah Dim ulama dari Kp.Cidahu, Kecamatan Cadasari, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. bernama lengkap Muhammad Dimyati bin Muhammad Amin Al Bantani dari Ibu Rukoyah. Tidak ada yang tahu persis soal tahun kelahirannya. ada yang menyebut, beliau lahir tahun 1925 an, Sebagian lainnya meyakini, Mbah Dim lahir tahun 1919.
Abuya Dimyati mengaji di Abuya Abdul Halim Kadupeusing Pandeglang Banten. (ulama birokrat, bupati Pandeglang pertama setelah kemerdekaan). hingga tahun 1949 dan memperoleh ijazah Thariqah Qadiriyyah wan Naqsyabandiyyah yang kedua. setelah sebelumnya beliau menerima ijazah yang sama dari ayahandanya, KH.Muhammad Amin Al Bantani. Ijazah selanjutnya yang didapat Abuya Dimyati yaitu ijazah Thariqah Asy Syadziliyyah dari KH.Nahrawi Dalhar/Mbah Dalhar Watucongol, Muntilan, Magelang. serta ijazah Hizb, Shalawat al-Ism al-A'zham, Shalawat Basyarul Khairat atau ijazah shalawat lainnya dari Mbah Abdul Malik Purwokerto. Perjalanan Abuya Dimyati menyusuri Pulau Jawa, Madura sampai Ke Lombok. dari Lombok Mbah Dim berniat menyeberang ke Sumbawa kemudian ke Mekah, namun akhirnya memutuskan untuk kembali mengaji ke KH.Baidlowi Lasem. disinilah Mbah Dim menghafal Al-Qur'an 30 juz dalam waktu empat bulan.

Mbah Dim menikah dengan Hj. Ashmah binti Abuya Jasir pada tahun 1948 ketika mondok di Kadupeusing. dari Pernikahan ini beliau karuniai 7 orang anak yaitu:
1. KH. Ahmad Muhtadi, (Abuya Muh)
2. KH. Muhammad Murtadlo, (Abuya Mur)
3. KH. Abdul Aziz Fakruddin, (Abuya Ade)
4. KH. Ahmad Muntaqo, (Abuya Muntaqo)
5. Musfiroh,
6. KH. Ahmad Muqotil (Abuya Aceng) dan

7. Ahmad Syafi'i (wafat ketika lahir).

Antara tahun 1951-1953, Abuya Dimyati menikah dengan Nyai Qamariyyah Karawang. ketika mondok di Mama Sempur Purwakarta, Jawa Barat. dari pernikahan kedua ini memperoleh dua orang anak yang keduanya meninggal dunia saat masih bayi.
Abuya Dimyati menikah ke tiga kalinya ditahun 1956 dengan Nyai Hj. Dalalah binti KH.Nawawi ketika mondok di Mbah Dalhar, Watucongol. Pernikahan ketiga ini dikaruniai enam orang anak yaitu:
1. Ahmad Ajhuri,

2. Qayyimah,

3. Ahmad Mujahid,

4. Ahmad Munfarij,

5. Ahmad Mujtaba, dan

6. Ahmad Muayyad.

Tahun 1965, Mbah Dim mendirikan Pondok Pesantren Cidahu. hanya ada puluhan santri yang mondok di kobong sederhananya itu. Namun, berkat pengalaman dan wawasan yang luas, pesantrennya semakin berkembang pesat. Jumlah santrinya pun bertambah banyak. Mereka bukan hanya berasal dari Pandeglang, melainkan dari berbagai wilayah di Indonesia. Hingga akhirnya, jumlah santri yang mondok di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Cidahu lebih dari 1.000 orang.
Mbah Dim sosok ulama yang juhud. berpuasa setiap hari kecuali di hari yang diharamkan untuk berpuasa. dzikirnya semalam suntuk. Al-Qur'an bisa di khatamkan hanya dengan beberapa jam saja, Aktifitas Mbah Dim tiada lain kecuali hanya mengaji. dimulai sejak Pukul 06.00 hingga pukul 11.30, istirahat sebentar setelah salat Zuhur mengajar kembali hingga Asar. Ba'da salat Asar, Mbah Dim pun mengajar lagi hingga Magrib. berhenti kemudian wirid hingga Isya, lalu mengaji hingga tengah malam. KH.Dimyati Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah, pernah berkata: "bahwa belum pernah ada seorang Kiai yang ibadahnya luar biasa seperti Mbah Dim." Ya.. bagi beliau, Hidup hanyalah ibadah dan ucapan beliau yang paling fenomenal adalah: "Torekat aing mah ngaji." (thoriqoh saya mah ngaji).
Metode yang diterapkan dalam pengajaran tahfiz Qur`an kepada para santrinya, mengharuskan santrinya agar terlebih dahulu belajar kitab salaf secara mendalam sebelum menghafal Al-Qur`an. karena Menurut beliau, menghafal Al-Qur`an sebelum pandai memahami dan mengkaji kitab salaf, maka ia tidak akan maksimal mempelajari Al-Qur'an.
Jumlah santrinya pun bertambah banyak. Mereka bukan hanya berasal dari Pandeglang, melainkan dari berbagai wilayah di Indonesia. Hingga akhirnya, jumlah santri yang mondok di Pondok Pesantren Raudhatul Ulum Cidahu lebih dari 1.000 orang. Bahkan di antara murid-muridnya ada yang sudah mendirikan pesantren sendiri.

Di mata para santrinya, Abuya Dimyati adalah pribadi yang lemah lembut. berbanding terbalik dengan sikapnya terhadap anak-anaknya. bila terlambat saja datang ke Majelis, beliau tidak akan segan-segan menjewer telinganya. berbeda jika yang terlambat itu adalah santrinya, beliau hanya menatapnya dengan lembut, dan tidak pernah memarahinya.
Abuya Murtadlo, putra dari Abuya Dimyati bercerita bahwa Abah ialah ulama yang nasionalis karena sangat peduli terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa.
Di era penjajahan, Abuya Dimyati juga terlibat aktif melawan penjajahan. masih menurut cerita Abuya Murtadlo, pada waktu proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945,  Abuya sudah mengumpulkan orang-orang dan mengatur strategi untuk bersama-sama melawan penjajah Jepang. Namun, karena Jam 10 diproklamirkan kemerdekaan Indonesia, maka pada saat itu juga beliau bubar sendiri karena sudah dinyatakan merdeka dari pihak pusat."
Sikap nasionalis Abuya Dimyati juga dibuktikan lagi dari hafalnya beliau akan  lagu-lagu kebangsaan seperti Garuda Pancasila, Indonesia Raya dan sebagainya.

Di tahun 1970 Abuya Dimyati menikah untuk ke empat kalinya dengan Nyai Hj.Muthi'ah dari Serang Banten. Melalui pernikahan ini Abuya Dimyati dikaruniai seorang putra, bernama Muhammad Thoha yang meninggal dunia ketika lahir.
Dimasa orde baru tepatnya Jumat 11 Maret 1977, sebelum berkhotbah, Abuya Dimyati berpesan kepada kepala desa setempat agar masyarakatnya jangan ditakut-takuti dan diintimidasi oleh kepentingan salah satu partai peserta pemilu, dengan menggunakan berbagai ancaman. Salah satunya dengan pernyataan "Golkar itu Pemerintah". Abuya Dimyati mengatakan, "Pemerintah adalah RI dan bukan Golkar".
Imbas dari kejadian itu Situasipun memanas. Orde Baru menuduhnya telah menghasut masyarakat untuk anti-pemerintahan. Abuya Dimyati ditangkap polisi tiga hari kemudian. Abuya pun divonis enam bulan penjara karena fitnah. Kenang Abuya Muhtadi.

Mbah Dim ulama yang sangat berpengaruh di Nusantara. di tanah Banten, beliau dikenal masyarakat seperti halnya masyarakat mengenal Abuya Busthomi (Cisantri) dan Abuya Munfasir (Ciomas).
Setiap hari semasa hidupnya, banyak tamu dari berbagai kalangan rela antri dalam barisan sepanjang 100 meteran lebih, tak lain hanya ingin bertemu dengan Mbah Dim. Para peziarah Walisanga yang tour keliling Jawa, para peziarah dari Malang, Jember, ataupun Madura merasa seolah belum lengkap jika belum sowan ke ulama Cidahu ini. melihat wajahnya, dan ber mushafahah (bersalaman).
Saking terkenalnya beliau dulu, banyak pihak yang ingin mendokumentasikan kegiatannya di pesantren. Begitu pun ketika beliau diberi sumbangan oleh para pejabat, termasuk putra RI pada saat itu yang ingin memberikan uang senilai 1 milyar, Mbah Dim selalu menolaknya dengan halus.

Mbah Dim ulama yang produktif. beliau memiliki banyak karangan monumental, di antaranya:
1. Kitab Minhaj Al-Istifa'yang menguraikan tentang Hizb Nashr dan Hizb Ikhfa,
2. Kitab Ashl Al-Qadar tentang keistimewaan sahabat perang Badar,
3. Kitab Bahjat Al-Qala'id,

4. Kitab Nadzam Tijan Ad-Durari, dan
 5. Kitab Al-Hadiyyat al-Jalaliyyah tentang ajaran tarekat Syadziliyah.
Pernikahan kelima Abuya Dimyati adalah dengan Nyai Hj. Afifah binti H. Marhasan, Pandeglang, pada tahun 1997 dan tidak dikaruniai anak.
Abuya Dimyati wafat pada Hari Jumat 3 Oktober 2003 / 7 Sya'ban 1424 H (7339 hari yang lalu) dalam usia 78 tahun. Abuya meninggalkan 3 orang istri, 6 orang putra, dan 2 orang putri. pada hari itu Cidahu menjadi lautan tangisan manusia.

Karya Abuya yang telah dicetak di Pesantren Raudatul 'Ulum Cidahu adalah:
1. Kitab Minhaj al-Istifa fi Khashaish Hizb an-Nashr wa Hizb al-Ikhfa,
 2. Kitab Al-Hadiyyah al-Jalaliyyah fi ath-Thariqah asy-Syaziliyyah,
 3. Kitab Ashl al-Qadr fi Khashaish Fadlail Ahl Badr,
 4. Kitab Rasm al-Qashr fi Khashaish Hizb an-Nashr,
 5. Kitab Bahjah al-Qalaid fi 'Ilm al-'Aqaid,
 7. Kitab Nur al-Hidayah fi Ba'd ash-Shalawat 'ala Khair al-Bariyyah, dan 8. Majmu'ah al-Khutab.
Selain karya tersebut, sebuah karya berjudul Madad al-Hakam al-Matin musnah dalam musibah kebakaran kediamannya pada tahun 1987.

Tulisan ini diambil dari berbagai sumber yang kompeten. mengajak sobat Kompasiana mengenang orang-orang Soleh. 

"Ketika orang-orang shaleh dikenang, maka rahmat Allah akan turun".
Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun