Mohon tunggu...
Muhamad Satria Ardiansyah
Muhamad Satria Ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UPNVJ

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terus Berinovasi di Era Digital sebagai Bentuk Semangat Nasionalisme

10 November 2022   18:05 Diperbarui: 10 November 2022   18:12 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi dewasa ini telah memaksa hampir seluruh negara yang ada di dunia untuk turut terjun ke sebuah era baru bernama era digital. Cepat dan masifnya perkembangan TIK ini tidak hanya menembus ke negara-negara maju saja, melainkan juga negara-negara berkembang bahkan negara miskin sekalipun. 

Meskipun begitu, pada awalnya perkembangan teknologi ini memang diinisiasi oleh negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat. 

Oleh karena itu kemajuan teknologi yang begitu cepat ini dikhawatirkan akan menjadi pisau bermata dua dimana hal ini dapat menawarkan berbagai macam kemudahan karena jaminan efektivitasnya dalam segala aspek, namun di sisi lain juga akan menciptakan sebuah ancaman atau kerugian karena baik secara langsung maupun tidak langsung hilangnya batas ruang dan waktu akan mengikis nilai-nilai kebangsaan sebuah negara.

Perkembangan digital yang luar biasa besar ini mengakibatkan pergeseran budaya yang ada di satu negara tidak harus dilakukan dengan migrasi lagi, melainkan bisa dilakukan hanya melalui media sosial atau media massa. Hilangnya batas ruang dan waktu inilah yang menyebabkan matinya filter bangsa Indonesia dalam menyerap budaya yang berasal dari luar. 

Hal ini juga dipertegas oleh Shu Chu Sharrina Li dalam karyanya yang berjudul "Market Competition and The Media performace of Taiwan's Cable Television Industry" ia mengatakan bahwa media merupakan alat yang memiliki pengaruh yang besar untuk mendistribusikan kebudayaan global karena media merupakan sebuah jembatan antara agen dan konsumen di dunia digital ini (Li,2004).

Kehadiran globalisasi inilah yang dinilai menjadi momentum untuk negara-negara barat dapat menyebarkan budaya-budayanya dan inilah yang kita kenal dengan istilah "westernisasi". 

Bahkan momentum ini juga dimanfaatkan oleh negara-negara maju di Asia yang dikenal dengan istilah "Asianisasi" atau penyebaran budaya budaya yang mayoritas berasal dari korea, oleh karena itu banyak ahli juga menyebutnya sebagai Korean Wave (Larasati, 2018). Oleh karena itu hal ini haruslah menjadi concern kita Bersama agar dapat menghadapi gempuran globalisasi ini dengan bijak dan tetap menjunjung tinggi budaya bangsa Indonesia. 

Namun meskipun begitu tidak dapat dipungkiri juga bahwa hal ini memang telah terjadi di beberapa kelompok atau generasi yang ada di Indonesia. Saat ini banyak sekali kita temui generasi muda yang lebih gemar menyanyikan lagu barat dan korea dibanding lagu-lagu lokal, banyak sekali generasi muda yang lebih gemar berpakaian seperti orang barat dan Korea dibanding menggunakan batik, dan banyak sekali generasi muda yang lebih menyukai produk-produk asal luar dibandingkan produk dalam negeri.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita wajib memiliki semangat nasionalisme dalam diri kita masing-masing. Namun apakah arti sesungguhnya dari nasionalisme? Nasionalisme dapat diartikan sebagai rasa cinta, sadar, dan bangga atas negaranya. 

Nasionalisme juga dapat dimanifestasikan dengan berbagai macam sikap cinta tanah air yang berupaya untuk menjaga kedaulatan negara dan mengharumkan negara. (Kusumawardani & Faturochman, 2004). Berbeda dengan dulu kala, untuk menggambarkan sikap nasionalisme saat ini kita tidak lagi harus dengan mengangkat senjata atau bambu runcing lagi, melainkan kita dapat melakukan banyak hal positif untuk Indonesia yang salah satunya yaitu dengan terus berinovasi dan terus menciptakan produk-produk yang mampu bersaing di pasar global.  

Sebagai negara dengan jumlah pengguna internet yang sangat besar yakni mencapai 210 juta pengguna (Dewi,2022), Indonesia sudah seharusnya tidak lagi mengkonsumsi produk-produk digital, melainkan juga menciptakan atau berinovasi produk-produk digital dengan kualitas internasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun