Mohon tunggu...
Muhamad Rizki
Muhamad Rizki Mohon Tunggu... Rakyat yang Merdeka

Hai, saya Muhamad Rizki dan telah hidup selama 22 tahun di negeri ini. Saya lahir dan tumbuh di Parungpanjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Saya juga telah menempuh pendidikan S1 di sebuah kampus pendidikan di kota Bandung yakni Universitas Pendidikan Indonesia, dengan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sehari-hari saya habiskan dengan membaca, menulis dan sesekali fotografi yang juga bagian dari minat saya.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Parungpanjang Takkan Pernah Selesai

10 September 2025   13:30 Diperbarui: 10 September 2025   13:21 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto kemacetan truk di Parungpanjang, diambil oleh Muhamad Rizki pada 26 Agustus 2025

Di ujung utara Kabupaten Bogor, terdapat sebuah kawasan yang namanya semakin sering terdengar, bukan karena keindahan alamnya atau potensi wisata yang dimilikinya, melainkan karena hiruk pikuk truk-truk tambang yang setiap hari melintasi jalan-jalan utamanya. Parungpanjang, sebuah wilayah yang awalnya hanyalah persinggahan kecil dengan karakteristik pedesaan khas Jawa Barat, kini menjelma menjadi medan lalu lintas padat yang menyedot perhatian. 

Kehidupan warganya berubah drastis; suara mesin truk menggantikan kicau burung pagi, debu tambang menutupi warna langit cerah, dan kemacetan menjadi rutinitas harian. Sebuah kawasan yang seakan-akan tidak pernah tidur, karena denyutnya ditentukan oleh ritme keluar masuknya ribuan truk tambang.

Permasalahan di Parungpanjang bukanlah persoalan baru. Ia adalah masalah yang menahun, seakan tidak pernah selesai, bahkan semakin membengkak. Di balik itu semua, muncul pertanyaan yang menghantui masyarakat sekitar: sejauh mana pemerintah benar-benar hadir untuk mengatasi keresahan mereka?

Lahan Parkir: Solusi yang Menjadi Masalah Baru

Foto parkir truk di Parungpanjang, diambil oleh Muhamad Rizki pada 5 Juni 2025
Foto parkir truk di Parungpanjang, diambil oleh Muhamad Rizki pada 5 Juni 2025

Pemerintah daerah sebenarnya tidak tinggal diam. Salah satu langkah yang sempat dilakukan adalah menyediakan lahan parkir untuk menampung truk-truk tambang ketika jam operasional belum dimulai. Secara teori, kebijakan ini cukup masuk akal. Dengan adanya lahan parkir, truk-truk tidak lagi diperbolehkan menunggu di bahu jalan, sehingga lalu lintas dapat lebih lancar dan potensi kecelakaan dapat berkurang. Namun, praktik di lapangan berkata lain.

Alih-alih mengikuti aturan resmi, banyak sopir truk lebih memilih memanfaatkan lahan parkir dadakan yang disediakan oleh masyarakat setempat. Titik-titik parkir liar ini tersebar di beberapa sudut Parungpanjang, bahkan hingga ke jalan-jalan kecil yang seharusnya menjadi akses warga. Akibatnya, truk justru tetap melintas di luar jam operasional, membuat ruas jalan semakin sempit, rawan macet, dan membahayakan pengguna jalan lain.

Hal ini menunjukkan satu hal penting: kebijakan pemerintah sering kali tidak berjalan efektif jika tidak diikuti dengan pengawasan dan penegakan hukum yang tegas. Di satu sisi, masyarakat lokal mungkin merasa diuntungkan karena bisa memperoleh pemasukan tambahan dari menyediakan lahan parkir liar. Namun di sisi lain, keuntungan sesaat ini menambah beban sosial yang harus ditanggung banyak orang: udara yang kian tercemar, jalan yang kian rusak, dan kualitas hidup yang kian menurun.

Jam Oprasional: Truk yang "Didewakan"

Foto deretan truk di Parungpanjang, diambil oleh Muhamad Rizki pada 26 Agustus 2025
Foto deretan truk di Parungpanjang, diambil oleh Muhamad Rizki pada 26 Agustus 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun