Mohon tunggu...
MUHAMAD NGAFIFI
MUHAMAD NGAFIFI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru yang berikhtiar untuk terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Peran Pemuda di Tengah Krisis Identitas dan Disrupsi Teknologi

28 Oktober 2022   16:50 Diperbarui: 28 Oktober 2022   17:58 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
i. Dokpri: HSP TAHUN 2022

Pemuda adalah laki-laki atau perempuan yang sudah mencapai tahap dewasa. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan Pasal 1 Ayat (1) Pemuda adalah Warga Negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. Pemuda memiliki karakter yang dinamis, optimis, dan pemimpin perubahan di dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, seringkali kita menyebut bahwa pemuda adalah harapan bangsa. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan Indonesia, pemuda berperan aktif sebagai ujung tombak dalam mengantarkan bangsa dan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berdaulat.

Hari ini 94 tahun yang lalu, tepatnya 28 Oktober 1928 pada Konggres Pemuda II di Jakarta, para Pemuda Indonesia dari seluruh penjuru Nusantara bersatu, membulatkan tekad dalam sebuah ikrar yang kita kenal dengan "Sumpah Pemuda". Para Pemuda telah berikrar mengakui tumpah darah satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda merupakan momentum, tonggak sejarah (a significant point in any progress of development) dalam perjalanan bangsa Indonesia melawan paternalisme dan kolonialisme. Sumpah Pemuda juga menjadi turning point yang mengubah pola perjuangan melawan penjajah dari cara-cara kedaerahan, sporadis, dan radikal dengan strategi yang lebih nasionalis, terorganisir, dan moderat. Timbulnya kesadaran dan kenegarawanan Pemuda Indonesia menjadi awal kebangkitan serta semangat persatuan untuk mengusir penjajahan Belanda dan Jepang sehingga bangsa Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

ii. Dokpri: Pengibaran Bendera Upacara HSP 2022
ii. Dokpri: Pengibaran Bendera Upacara HSP 2022

Keberhasilan bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekan tidak lepas dari peran pemuda yang secara heroik dengan gigih, dan gagah berani melawan diskriminasi, tirani, dan penindasan bangsa asing terhadap rakyat Indonesia. Satu hal yang harus digarisbawahi, semangat persatuan para pemuda dan seluruh elemen bangsa merupakan kekuatan besar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, peringatan Sumpah Pemuda mestinya menjadi pengingat bagi pemuda masa kini atau pemuda milenial untuk meneruskan cita-cita founding fathers mewujudkan Indonesia maju, sejahtera, adil, dan makmur.

Pemuda masa kini harus mampu menunjukkan peran dan dedikasinya dalam membangun bangsa dan negara. Indonesia sebagai rumah besar bagi lebih dari 275 juta penduduk Indonesia tentu harus ditopang dengan pilar-pilar yang kokoh agar mampu menahan beban serta goncangan dan pemuda adalah pilarnya. Pemuda yang tangguh, kreatif, inovatif, nasionalis, religius, berkarakter, dan memiliki fighting spirit tinggi merupakan aset hadirnya nahkoda-nahkoda handal yang akan membawa negeri ini menuju zaman keemasan.

Tantangan berat bagi kaum muda yang hidup di zaman post-modern saat ini adalah semakin tercerabutnya generasi muda dari akar budayanya sendiri. Di balik kreativitas dan segudang prestasinya yang mentereng, para pemuda seperti kehilangan arah terjadinya culture shock dan krisis identitas semakin memprihatinkan. Kuatnya arus teknologi dan globalisasi budaya telah mengikis nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia. Saat ini, banyak sekali generasi muda yang lebih menggandrungi budaya asing, produk-produk asing, dan teknologi asing daripa karya anak bangsa. Kecenderungan generasi milenial untuk Pansos (Panjat Sosial) untuk menunjukkan eksistensinya di dunia luas melalui media sosial seringkali menerobos batasan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Satu pertanyaan besar, apakah kita gagal mengindonesiakan anak-anak yang lahir dan besar di negerinya sendiri?.

iii. Dokpri: Upacara Hari Sumpah Pemuda Tahun 2022
iii. Dokpri: Upacara Hari Sumpah Pemuda Tahun 2022

Krisis identitas ini barangkali merupakan nurturant effects dari globalisasi. Namun demikian globalisasi sebagai keniscayaan tidak harus dikambinghitamkan. Kita tidak boleh pingsan di tengah jalan, tidak boleh amnesia di tengah kerumunan tapi harus bangkit membangun kesadaran bersama sebagai sebuah bangsa. Kita mestinya juga mau belajar bagaimana orang Cina dan Jepang begitu bangga dengan bahasanya, bagaimana orang Arab dan India sangat bangga dengan budaya dan pakaian adatnya. Sementara itu, di negeri kita generasi muda lebih bangga dengan bahasa asingnya, dan lebih menyukai pakaian ala baratnya daripada mempelajari dengan baik Bahasa Indonesia dan pakaian adat Nusantara. Pragmatisme dan hedonisme telah menjadi menu utama dan life style generasi muda hingga mengikis nilai-nilai kebersamaan, kegotong-royongan, multikulturalisme, dan kebhinekaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

Di tengah ancaman krisis identitas, pemuda masa kini juga dihadapkan pada realita adanya disrupsi teknologi yaitu perkembangan pesat teknologi digital yang canggih sehingga membawa perubahan yang fundamental pada berbagai aspek kehidupan manusia di Indonesia dan di dunia. Munculnya disrupsi teknologi mendorong aktivitas dan kegiatan manusia selalu bergantung dan didominasi oleh teknologi digital. Kontaminasi akut generasi muda akan hadirnya teknologi digital sudah terlampau berlebihan dari tatanan yang seharusnya. Generasi muda sudah kecanduan pada teknologi digital dan bahkan mengalami nomophobia, yaitu kondisi dimana seseorang mengalami kecemasan berlebih Ketika tidak bersama ponsel atau tidak bisa menggunakan ponselnya. Sejak bangun tidur hingga menjelang tidur lagi, generasi muda begitu terikat dengan teknologi digital dan ponselnya. Ia dibangunkan oleh alarm ponselnya, berangkat sekolah dan bekerja diingatkan oleh ponselnya, belajar dan bekerja dengan ponselnya, memilih makanan dari ponselnya, memilih moda transportasi dengan ponselnya, melakukan transaksi pembayaran dengan ponselnya, memilih hiburan dengan ponselnya, dan tidur ditemani ponselnya. Teknologi layar digital telah membius generasi muda sehingga seringkali mengabaikan lingkungan sekitarnya baik keluarga, teman, dan lingkungan masyarakatnya.

Disrupsi teknologi menjadikan generasi muda menjadi lebih asyik hidup di dunia maya daripada kehidupan di dunia nyata. Sikap cuek dan acuh tak acuh sudah menjadi hal yang dianggap biasa. Anak laki-laki begitu menikmati game online di ponselnya sehingga tidak tahu lagi dari mana arah terbitnya matahari. Sementara itu, anak-anak perempuan begitu lihai memainkan jemarinya di tiktok, Instagram, dan Whatsapp sehingga tidak tahu lagi kapan purnama tiba. Disrupsi teknologi telah membuat renggangnya hubungan anak dengan orang tuanya, terkikisnya solidaritas di masyarakat dan rapuhnya ikatan kekerabatan. Pada lingkup kehidupan bernegara, disrupsi teknologi yang tidak dibarengi dengan computational thinking yang baik akan menjadi celah memudarnya nasionalisme dan patriotisme sehingga mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun