Mohon tunggu...
Mohamad Isyammudin S.H
Mohamad Isyammudin S.H Mohon Tunggu... PENULIS

Hidup Adalah Seni Menulis Tanpa Penghapus

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Ada Apa dengan HMI Cabang Ciputat?

8 Mei 2025   22:00 Diperbarui: 8 Mei 2025   22:00 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ada Apa dengan HmI Cabang Ciputat?

Pertanyaan itu masih menggantung di benak banyak kader: ada apa dengan Ciputat? Apakah kita masih hidup dalam bayang-bayang masa lalu yang penuh romansa kejayaan? Masa lalu memang penting, sebagai pijakan dan sumber inspirasi. Namun, jika terlalu sering diagung-agungkan, justru menjadikan generasi hari ini terlena, sibuk memuja tanpa berbuat nyata.

Buku Setengah Abad HMI Cabang Ciputat yang merekam jejak intelektual para alumni seharusnya menjadi pemantik kesadaran, bukan selimut yang membuat kader baru betah tidur dalam kenyamanan sejarah. Ia harus menjadi bahan bakar untuk membakar semangat baru, bukan sekadar cerita usang yang dikagumi tanpa ditiru.

Teringat kalimat reflektif Abdullah Hehamahua yang menutup satu tulisan pentingnya dengan tajam:
"Yang jadi soal hari ini bukan lagi siapa pendahulumu, tapi apakah kau layak disebut sebagai penerusnya?"

Kalimat itu seharusnya menjadi cambuk bagi kader HMI hari ini untuk berbenah, merenung, dan bergerak. Namun realitasnya, semangat itu makin memudar. HMI hari ini seperti kehilangan arah kaderisasi. Identitas intelektual yang dahulu menjadi ciri khas Ciputat perlahan terkikis oleh pragmatisme dan keengganan berpikir kritis.

Generasi hari ini akrab dengan gawai, tetapi asing dengan buku. Platform seperti TikTok, Instagram, dan WhatsApp lebih sering dikunjungi ketimbang lembaran-lembaran pemikiran yang membentuk nalar. Diskusi menjadi hambar, penuh basa-basi tanpa substansi. Wacana kritis berganti dengan euforia sesaat. Tak mengherankan jika daya respons kader terhadap isu-isu strategis jadi begitu lemah.

Apa yang dikatakan Deliar Noer kembali terasa relevan:
"Gerakan mahasiswa kehilangan makna saat ia tercerabut dari dunia pemikiran."
Saat membaca tak lagi menjadi kebutuhan, berpikir pun terasa seperti beban. Ini adalah krisis yang sangat mendasar.

Perkaderan seharusnya menjadi ruang tumbuh, tempat persemaian pemikiran dan keberanian. Namun, hari ini justru kerap menjadi ruang tekanan. Senioritas berlebihan menciptakan ketakutan. Kritis dianggap pembangkangan, sementara diam dimaknai sebagai loyalitas. Ini keliru dan membahayakan.

Perubahan tak akan pernah lahir tanpa kesadaran kolektif. Semua elemen HMI Cabang Ciputat mesti berhenti saling menyalahkan dan mulai bersatu membenahi akar persoalan. Sebagaimana diingatkan Ibnu Khaldun:
"Satu bangsa akan lemah bukan karena musuh, tetapi karena kehilangan solidaritas."

suatu rumah tidak akan terlihat besar dan indah tanpa adanya perawatan dan pembenahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun