Mohon tunggu...
Geta
Geta Mohon Tunggu... Mahasiswa, Asli✌🏽

Suara Kita id.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Manusia dalam Perspektif Filosofi Teras

11 Juli 2025   09:09 Diperbarui: 12 Juli 2025   21:49 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"salah satu bagian dari keindahan yang diciptakan Tuhan"

"Memahami diri dan keadaan melalui kaca mata  Filosofi Teras"

Oleh: Agnia Ramadhani. (Ketua Kopri PMII Rayon Ibnu Khaldun ke-VII)

Di dalam buku Filosofi Teras salah satu karya populer dari "Henry Manampiring". Pada bab Dikotomi Kendali, bahwa ada beberapa hal di dalam hidup yang bisa di kendalikan dan tidak bisa kita kendalikan. Hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah, Opini/persepsi orang lain, perlakuan orang lain, reputasi, gagal,  sukses,  bencana alam, dan lain-lain. Sedangkan yang bisa kita kendalikan adalah, Opini kita terhadap orang, tujuan, rencana, tindakan, dan pikiran kita.

Oleh karenanya bisa dikatakan bahasanya setiap orang dan setiap sesuatu memiliki porsinya masing-masing. Kita tidak bisa mengendalikan apa yang tidak menjadi porsi kita sendiri,  seperti anggapan orang lain terhadap diri kita sendiri, salah satu contoh adalah. Ketika kita sudah berusaha sebaik mungkin namun, masih ada saja celaan atau komentar negatif dari orang lain, lalu kita sedih padahal, itu semua diluar kendali kita, pun sebaliknya.

Maka, ketika kita memaksakan apa yang diluar kendali kita, bisa dipastikan dengan mudah bahwa kita akan selalu berdampingan dengan rasa kecewa dan kenastapaan. Seperti yang di kemukakan oleh "Epictetus" dalam buku Encheridion  bahwa, "Hal-hal yang ada dibawah kendali kita bersifat merdeka, tidak terikat, tidak terhambat, tapi hal-hal yang tidak diluar kendali kita, bersifat lemah, bagai budak, terikat, dan milik orang lain. Karenanya, ingatlah jika kamu sudah mengira  hal-hal bagaikan budak sebagai bebas, dan hal-hal yang merupakan milik orang lain sebagai milikmu sendiri...maka kamu akan meratap dan kamu akan selalu menyalahkan para dewa dan manusia."

Melihat dari contoh lain, fakta umumnya terjadi pada para wanita (karna saya wanita, jadi saya tau hehe), seperti yang kita ketahui bahwa, wanita diciptakan sebagai makhluk yang perasa, peka. Tidak jarang seorang wanita selalu mengedepankan perasaan daripada logika,  sebagai contoh, ketika seorang teman memiliki persepsi negatif terhadapnya maka, tidak jarang ia akan memikirnya secara terus terusan, sehingga menimbulkan efek negatif pada pikirannya sendiri. Contoh lainnya didalam aspek asmara, ketika wanita ditinggalkan atau bahkan di selingkuhi oleh pasangannya maka, ia akan selalu berfikir "dimana letak kurangsaya?" apakah saya layak diperlakukan begini? seburuk itukah saya? dan lain sebagainya. Tapi sekali lagi, itu semua diluar kendali kita dan diluar kebebasan kita, maka dari itu kita hanya perlu mempertahankan dan memberikan simpati lebih terhadap hal-hal yang ada dalam diri kita dan menjadi hak untuk kebebasan kita sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun