Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agama, Perang dan Damai

23 Mei 2018   05:49 Diperbarui: 23 Mei 2018   05:52 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasuki relung masjid Cordoba di Spanyol, seakan menyusuri kekalahan peradaban Islam. Kemegahan Masjid, yang saat ini berubah fungsi menjadi Kategral, hanya tinggal nostalgia masa lalu, bahwa dahulu pernah ada Islam di Andalusia (Spanyol). Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan mengunjungi situs Peradaban Islam di Spanyol, mulai dari Istana Al Hambra di Granada sampai pada Masjid (katedral) di Cordova. Menapaki situs-situs tersebut, yang ada hanyalah jeritan hati. Islam benar-benar tinggal nama di Negara wilayah Eropa Selatan ini.

Tidak bisa membayangkan, bagaimana Thariq bin Ziyad menaklukkan Andalusia, melalui semangat jhad yang luar biasa. "Kapal sudah terbakar, tidak ada pilihan lain selain berjihad", begitu ungkapan Thariq yang sangat terkenal dalam mengobarkan semangat, setelah membakar tanpa sisa kapal-kapal yang membawa mereka memasuki Eropa. Islam sempat berjaya di Spanyol. Namun penanklukkan kembali oleh Kristen mengantarkan ummat Islam pada dua pilihan "pindah agama, atau mati". Dan sejarah mencatat, pembumi-hangusan Islam dan ummatnya terjadi di Spanyol.

Begitulah sejarah, berputar pada titik keseimbangannya. Wa tilka al-ayyam nudawiluha, sejarah itu bergerak dan berputar.  Perang Salib memang membawa duka yang mendalam, bukan saja bagi ummat Islam, namun juga kedua belah pihak. Meskipun banyak yang memahami perang Salib ini sebagai perang agama, namun rasanya terlalu sederhana jika hanya agama yang berperan. Tentunya ada banyak kepentingan dan hasrat manusia yang berjalin kelindan dalam sebuah perang, mulai ekonomi, keyakinan, politik, ambisi dan lainnya.

Kiranya memahami perang dalam konsep agama dan beragama butuh pemahaman yang lebih lengkap dan komprehenshif. Sebab jika tidak, kita akan mudah terjatuh dalam sebuah simplifikasi berfikir yang boleh jadi jauh dari kebenaran. Perang, jihad, dan agama merupakan tiga entitas yang berbeda. Perang bukanlah semata jihad, demikian pula jihad tidak selalu berupa perang. Agama disini menjadi titik singgung keduanya. Jikalau konsepsi perang terdapat dalam teks agama, kiranya harus dipahami sebagai sebuah alat dan media, bukan tujuan atau sebuah doktrin ajaran. Zaman telah berganti, konsepsi perang dalam beragama tentunya perlu mendapatkan penafsiran yang lebih relevan.

Dalam ranah kekinian, Islam sebagai sebuah entitas agama menjadi sorotan yang tajam dalam kancah global. Jeratan yang erat antara Islam dan terorisme semakin meneguhkan Islam sebagai tertuduh. Apalagi beberapa waktu yang lalu, salah satu lembaga survey merilis hasil survey bahwa Islam merupakan agama yang paling digandrungi oleh kaum muda. Sehingga diprediksi pada tiga puluh sampai lima puluh tahun yang akan datang, Islam akan menjadi agama mayoritas di dunia. Pertumbuhan kuantitas ummat Islam yang pesat ini, jika tidak diimbangi tingkat toleransi dalam beragama, tentu saja menjadi bom waktu yang akan semakin menegaskan Islam sebagai agama yang mendukung praktik kekerasan.

Meyakinkan Islam Damai

Phobia terhadap Islam tentunya bukan merupakan omong kosong. Pasca tragedy 11/9 di Amerika, yang kemudian disusul dengan berbagai teror bom di berbagai Negara, termasuk Indonesia, tentunya menjadikan trauma yang mendalam "the other" terhadap Islam. Namun kita juga harus melihat bagaimana Barat memperlakukan "Islam" sebagai obyek kesewenang-wenangan dengan standar gandanya tersebut. Fenomena Arabic Spring, yang telah meruntuhkan beberapa Negara Islam harus dilihat secara komprehensif. Artinya antara kedua belah pihak, seakan memang dalam kondisi yang berhadap-hadapan, memendam konflik yang mendalam.

Dalam alur inilah, maka menghadirkan Islam sebagai agama perdamaian menjadi penting. Bukan hanya karena alasan counter terhadap radikalisasi Islam yang belakangan banyak dilakukan oleh sebagaian ummat Islam, namun lebih dari itu merupakan sebuah fitrah yang harus kita perjuangkan. Islam yang hanif, toleran dan rahmat harus menjadi paradigma dalam beragama. Perdamaian alam semesta dalam konstelasi politik global yang berbasis benturan antar peradaban -- jika mengikuti tesis Huntington- harus dinegasikan dengan membangun peradaban Islam yang damai. Jikalau mayoritas ummat Islam ini berperilaku cinta damai, maka "oknum" yang sedikit itu tidak lain adalah mereka yang hanya ingin membuat kerusakan di muka bumi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun