Mohon tunggu...
Muhamad Nurdin
Muhamad Nurdin Mohon Tunggu... Penulis - Baru Belajar Menulis Di Kompasiana.

Masih Harus Banyak Belajar Dari Para Senior Di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pepeling, Pengantin Peduli Lingkungan

16 Februari 2024   06:55 Diperbarui: 16 Februari 2024   07:08 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
melestarikan lingkungan. sumber gambar (meso.berlin.do)

Jika anda memiliki rencana satu tahun ke depan, tanamlah benih.

Jika anda memiliki rencana sepuluh tahun ke depan, tanamlah pohon.

Jika anda memiliki rencana seratus tahun ke depan, didiklah anak-anakmu. (Pepatah).


Telah menjadi isu penting di Jawa Barat, karena dengan penduduknya yang sangat padat dan aktifitas sosial ekonominya yang tinggi, maka potensi terjadinya eksploitasi sumber daya alam juga akan semakin tinggi.

Jika dibiarkan maka pembangunan kesejahteraan masyarakat di Jawa Barat tidak akan berlangsung secara berkelanjutan.

Untuk mendukung terhadap program Akselerasi Jawa Barat tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan cepat tanggap dalam merespon perogram tersebut.

Pemda bersama dengan Kementerian Agama menggulirkan konsep “Pengantin Peduli Lingkungan” disingkat dengan “Pepeling”. Pepeling dalam bahasa sunda disebut juga sebagai pangeling-eling (pengingat).  

Setiap calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan harus menyerahkan sedikitnya lima pohon tanaman buah-buahan atau yang lainnya.

Sehingga 10-20 tahun yang akan datang, erosi bencana alam akan tersangga dengan tanaman yang ditanam oleh calon pengantin tersebut.

Akhir-akhir ini kita sering mendengar bahwa pembangunan dapat membawa dampak negatif yang nyata seperti bencana alam, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, dalam konsep pembangunan harus  senantiasa memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Upaya tersebut harus merupakan suatu  gerakan sadar lingkungan dalam semua lini stakeholder.

Dengan demikian, aliansi strategis antara masyarakat, dunia usaha, pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat agama,  serta lembaga penelitian sangat diperlukan.

Kuningan dengan keadaan masyarakatnya yang religius, maka pendekatan dengan bahasa agama nampaknya menjadi salah satu alternatif dalam membangun masyaratnya, termasuk dalam hal pelestarian lingkungan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun