Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Humor Sufi: Potensi Diri (Renungan Akhir Tahun 2022)

30 Desember 2022   19:30 Diperbarui: 30 Desember 2022   19:30 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika diri tak pernah menemukan potensi diri yang hakekatnya diberikan kepada semua manusia maka hidup akan terbelenggu oleh sebuah rasa ketamakan yang tanpa batas.  Ketamakan ini mengakibatkan diri menjadi tak terkendali karena menginginkan hal yang diluar batas keseimbangan kehidupan alam semesta dan mengakibatkan diri menjadi pribadi yang turun derajatnya.

Posisi diri yang diluar keseimbangan akibat dari ketamakan ini menjadikan  pribadi yang tak dapat mencapai makna bersyukur.  Akibatnya diri selalu lupa bahwa hidup memiliki aib dan melupakan kritik atau ajaran tentang kehidupan yang baik.  Sebuah peta langkah kehidupan yang mungkin umum di temui pada diri kita.

Bencana dan musibah serta peperangan merupakan ujian dalam kehidupan manusia.  Karena dengan tiga hal tersebut diri diharapkan untuk mampu mendengar bahasa alam dan mampu mengambil hikmah atau nilai lain yang ada dalam setiap peristiwa yang terjadi.  Mendengar bahasa alam dan mampu mengambil hikmah dapat dilakukan manakala diri memiliki kesadaran.

Kepemilikan atas sebuah kesadaran mungkin dapat dimunculkan dengan sebuah benturan peristiwa yang hebat.  Hal ini dikarenakan kebiasaan diri yang terlalu merasa nyaman dalam kehidupan.  Maka dengan adanya bencana dan musibah serta fenomena lain yang dirasa menjadi beban yang berat pada setiap diri kita dapat memercikkan cahaya kesadaran yang selama ini mati akibat dari kesibukan dalam beraktivitas.

Kesibukan diri yang tak pernah menemukan kesadaran ini akibat diri tak pernah mencari nilai hikmah dan penalaran yang seharusnya digunakan.  Karena pemahaman dan pengetahuan tidak pernah menjadi sebuah bekal kehidupan manakala pencarian hikmah dan nalar tidak pernah dikembangkan.  

Musibah Akibat Pencarian Materi

Potensi diri lah sebetulnya muara dari dua hal (hikmah dan penalaran) tersebut.  Karena mengenal dan memaksimalkan kerja dari Indra dan hati yang dimiliki adalah proses kerja diri untuk menemukan potensi diri.  Potensi diri ini akan memunculkan konektivitas diri dengan hakekat pemahaman kehidupan sehingga memunculkan hidup diri dalam kesadaran yang hakiki.

Ketika potensi diri mampu ditemukan dan digunakan dalam aktivitas kehidupan maka segala bentuk pemikiran, penalaran, perenungan dan akal akan selalu menjadi "teman diskusi" dalam mengambil setiap keputusan tindakan.  Potensi diri inilah yang sebetulnya merupakan "materi diri" yang harus diperjuangkan dalam kesibukan aktivitas dan bukan materi yang ada sekarang yang diraih untuk bekal kehidupan.  

Pengubahan makna materi inilah sebetulnya akan menjadi diri menjadi manusia yang sesungguhnya.  Sama sama hidup memperjuangkan materi namun materi yang satu adalah bentuk perjuangan untuk menemukan potensi diri.  Dengan mengumpulkan pemahaman untuk mencari materi ini maka hidup akan mampu dalam alur perjalanan yang benar dan outputnya adalah keseimbangan kehidupan alam semesta.

Arti materi yang ada dalam menemukan potensi diri bukan sebagai sebuah yang fisik melainkan sesuatu yang abstrak dan berupa pemahaman atau pengetahuan.  Karena dengan kepemilikan pengetahuan tentang hidup diri menjadi pribadi yang tak pernah melampaui batas kehidupan.  Kondisi ini diri bukan menjadi orang yang terpenjara dengan materi melainkan menjadi pribadi yang selalu mampu bersyukur dalam kehidupan akibat kesadaran yang dimilikinya.

Namun manakala diri menemukan materi dalam definisi fisik maka kesibukan hanya diibaratkan seperti "sibuk mengumpulkan kayu bakar".  Hal ini dikarenakan aktivitas diri hanya seperti "membakar diri" dalam kehidupan.  Maka rasa dahaga dan kurang adalah sesuatu yang biasa dalam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun