Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bingung Penyakit Kronis Diri Kita?

25 Oktober 2021   21:24 Diperbarui: 25 Oktober 2021   21:33 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata bingung merupakan merupakan hal yang sering kita dengar bahkan sering dialami diri manusia.  Bingung bisa diartikan bahwa sikap diri kita menghadapi masalah besar atau kecil namun diri tak mampu menemukan jalan untuk memecahkannya.  Sehingga dapat diartikan bahwa sebetulnya antara masalah besar atau kecil bukan ukurannya namun yang menjadi ukuran adalah bagaimana diri menghadapinya.

Sebagian besar dari diri kita mungkin bingung mengapa "bingung" dianggap penyakit kronis. Tapi realita dalam kehidupan diri kita pernah mengalami hal ini dan menjadi sesuatu yang mengguncang kehidupan.  Bahkan tidak sedikit dari diri kita karena kebingungan sampai mencari jalan pintas, menyerah atau hingga lari dari prinsip hidup diri yang harus selalu dipertahankan.

Mengapa dianggap bagian dari penyakit? karena ketika diri menghadapi kebingungan akan mencari "obat" untuk menghilangkan rasa tersebut entah dengan cara apapun dilakukan.  Dan ketika obat itu ditemukan maka kebingungan itu akan hilang dan menjadikan hidup ini kembali bersemangat.  Namun manakala tidak menemukan obat untuk menghilangkan rasa bingung itu ibarat kehidupan kita menghadapi tembok penghalang besar di depan kita dan tinggal memilih mau mundur, maju dan membenturkan diri ke tembok atau berhenti langkah hidup kita.

Mengenal Bingung dan Obatnya

Ketika diri kita mengenal makna bingung yang kita alami akan memahami apa yang seharusnya dilakukan.  Namun ketika diri tak mampu memahami mengapa penyakit ini bisa menyerang kita maka sulit untuk menemukan obatnya. 

Banyak makna arti (sesuai dengan KBBI) bahwa bingung diartikan menjadi lima hal yaitu: Pertama, hilang akal (tidak tahu apa yang harus dilakukan). Kebingungan yang demikian akibat diri tidak memiliki pengetahuan tentang pengendalian diri dalam kehidupan. Ketidaktahuan diri tentang pengendalian diri karena diri "lupa" tidak pernah mau belajar untuk mengenal diri sebagai manusia sehingga dampaknya hidup hanya didasarkan atas naluri untuk bertahan hidup saja.

Hidup yang hanya didasarkan atas naluri maka hidup manusia ibarat hidup seperti makhluk lain yang ingin eksistensi dalam hidupnya. Dampaknya adalah bagaimana dirinya bisa tetap hidup dan tak penting aturan yang ada di masyarakat maka hidupnya seperti hidup di hutan. Sifat lupa yang menjadikan diri tidak mau belajar untuk mengenal jati diri inilah menjadikan diri seperti hewan buas yang siap menerkam siapa saja ketika dihadapkan dengan masalah.

Sebuah kerugian jika diri kita hidup dengan sifat lupa belajar ini.  Obat dari sifat bingung kategori ini adalah diri harus kembali memahami hidup manusia sebagai makhluk yang sempurna.  Sebagai makhluk yang baik dan menjadikan diri "pemimpin bagi seluruh manusia dan alam semesta" harus menjadi orientasi kebermanfaatan diri. 

Diri bisa memahami ini jika mau baca dan belajar kembali pada Buku Pedoman yang selama ini hanya menjadi pajangan dilemari atau hanya di bawa kesana kemari untuk identitas diri saja.  Padahal diri tidak pernah memiliki keingingan untuk mau mempelajari isinya secara benar.  Karena dengan membaca dan belajar itu maka akal akan kita temukan yang merupakan konektivitas diri dengan Sang Pencipta.  Maka hilang akal tidaklah mungkin terjadi pada diri yang senantiasa mau baca dan belajar Buku Pedoman tersebut.   

Kedua, Tidak tahu arah.  Kebingungan yang demikian akibat diri tidak memiliki pemahaman tentang tujuan hidup diri di dunia ini.  Mungkin dapat dikatakan bahwa hidup kita hanya sekedar hidup saja seperti buih diatas arus laut.  Ketidak tahuan diri tentang peta hidup ini diakibatkan diri "tidak tahu" dan menjadikan keliru tentang pemahaman atau pengetahuan dan jati diri sebagai manusia. 

Sehingga kehidupannya selalu didominasi oleh perasaan yang muncul dari "nurani" diri yang dangkal.  Perasaan was-was dan kuatir tentang hidupnya memenjara diri baik secara fisik maupun non fisik.  Hidup diri kita yang dalam kondisi ini sangat menggantungkan diri pada orang lain yang dirasa mampu menjaga dan membuat diri jauh dari kepedihan dalam kehidupan.

Sebuah kerugian jika diri kita di dominasi sifat "tidak tahu" tentang pemahaman yang ada dalam Buku Pedoman hidup kita.  Memang mungkin diri kita memiliki pengetahuan yang tinggi dan luas namun jika diri "tidak tahu" tentang pengetahuan yang sesungguhnya maka mudah diri kita untuk menjadi masuk dalam kategori ini.  Karena dominasi rasa was was dan kuatir akan memenjara diri.

Obat dari penyakit bingung ini adalah baca dan belajar buku panduan agar diri menemukan tujuan hidup kita di dunia.  Tujuan inilah yang akan menjadi peta perjalanan kehidupan di dunia, serta menjadikan diri orang yang yakin dan memiliki prinsip dalam hidup di dunia ini.

Diri yang memiliki prinsip hidup akan menjadikan diri orang yang kuat dan tahu jalan atas permasalahan yang dihadapi adalah sekedar bunga rampai atau pemanis hidup di dunia ini.  Dan diri tidak akan pernah menyerah atau bingung dalam menghadapi dilema perjalanan karena keyakinan pada Sang Pencipta sangat mendominasi dan menuntun hidup selama perjalanan.   

Ketiga, Gugup.  Kebingungan yang demikian diakibatkan diri tidak sepenuhnya memahami atas diri.  Pemahaman yang berasal dari "katanya" orang lain menjadi dominasi dalam kehidupan.  Maka hakekat pengetahuan yang dimiliki di dasarkan atas pemahaman orang lain yang dianggap benar dan mampu menjadikan diri kita "hidup" di dunia ini.  Gugup ini adalah kebingungan karena diri selalu memiliki orientasi untuk kepentingan materi dan pribadi. 

Akibat dari pemahaman yang demikian adalah menjadikan diri kita lupa dengan hakekat tujuan yang sesungguhnya.  Sehingga hidp kita hanya mendasarkan pada "katanya" bukan atas hakekat diri.  Ketidakseimbangan kehidupan akan menjadikan beban hidup dalam diri kita.

Ketidakseimbangan inilah yang menjadikan diri mudah memiliki rasa gugup ketika dibenturkan dengan sesuatu masalah. Suatu misal diri kita  selama ini beraktivitas, belajar dan berbuat kebaikan ke orang lain jika dirasa ada keuntungan yang di peroleh.  Namun ketika diri dihadapkan dengan aktivitas itu semua dan tidak memiliki keuntungan yang dirasakan secara fisik maka otomotis diri kita akan gugup (dalam arti tidak akan ikhlas dalam melakukan).  

Obat dari kebingungan ini adalah bahwa diri harus memiliki keseimbangan kehidupan.  Orientasi kehidupan yang seimbang antara diri dengan manusia, makhluk lain, dan Sang Pencipta harus menjadikan sebuah nilai yang menjadi dasar dalam aktivitas diri.  Nilai ini dapat diperoleh dari keyakinan yang sudah dibangun dengan cara baca dan belajar Buku Pedoman hidup.  

Keseimbangan dalam hidup menjadikan diri orang yang tidak selalu self interest atau social interest namun menjadikan diri menjadi hakekat manusia yang menjalankan tugasnya.  Hidup yang tidak berorientasi pada hal tersebut menjadikan hidup yang paham akan posisi dan pengetahuan yang benar, dampaknya adalah diri akan menjalani semua aktivitas tanpa butuh "nilai" dari orang lain.

Keempat, Kebodohan.  Kebingungan yang demikian akibat diri tidak memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang hidup. Kemalasan diri menjadi penjara dalam kehidupan.  karena hidup diri kita hanya sekedar hidup karena diri malas untuk baca dan belajar.

Ketika diri dihadapkan dengan sesuatu yang berbeda dengan keyakinan yang dimiliki maka diri langsung melakukan pemberontakan dan perlawanan walaupun itu sebuah kebenaran.   Hal ini dikarenakan diri merasa sudah bisa hidup tanpa ada yang benar itu dan tidak perlu melakukan perubahan atas kehidupan yang selama ini dilakukannya.

Obat dari kebodohan adalah belajar dan menghilangkan sifat kemalasan untuk baca dan belajar.

Terima kasih. Salam 

KAS, Magelang (25/10/2021)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun