Mohon tunggu...
Muh. Aditya Wisnu Wardana
Muh. Aditya Wisnu Wardana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang belajar dan berlatih

Muhammad Aditya Wisnu Wardana; Universitas Sebelas Maret 2020; Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Menulis untuk kesenangan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kajian dan Analisis Teori Feminisme sebagai Citra Perempuan dalam Puisi "Dongeng Marsinah" Karya Sapardi Djoko Damono

21 April 2021   19:46 Diperbarui: 21 April 2021   20:21 6846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Adapun hasil analisis uraian data di atas Marsinah di seret dan dicampakkan dan ia diikat ke kursi. Data di atas menunjukan bahwa perempuan selalu menerima penyiksaan dan kekerasan, yang tidak seharusnya dilakukan. Hal ini dapat ditunjukan dari teks tersebut Marsinah sebagai seorang perempuan tidak bisa, sehingga perempuan akan selalu korban kekerasaan dari kaum laki-laki.

           

7. Citra Perempuan dari Segi Perasaan dan Pandangan Masyarakat       

"Sengsara betul hidup di sana  

jika suka berpikir,  

jika suka memasak kata;  

apa sebaiknya menggelinding saja  

bagai bola sodok,  

bagai roda pedati?" (Melipat Jarak: Damono, 2015:10)

 

Adapun hasil uraian teks puisi di atas menunjukan adanya ketidakadilan gender secara subordinasi, kondisi dimana perempuan di bawah laki-laki, sehingga kebanyakan perempuan tidak dianggap penting dalam berbagai kegiatan. Kalimat apa sebaiknya menggelinding saja bagai bola sodok menggambarkan perempuan tidak diberi kesempatan untuk menyalurkan aspirasi atau pendapatnya, hal ini dikarenakan Marsinah sebagai seorang perempuan dianggap tidak mengerti tentang apa-apa, namun Sapardi Djoko Damono menggambarkan Marsinah sebagai perempuan yang berani dalam menentang ketidakdilan.

8. Citra Perempuan dari Segi Perasaan dan Fisik

"Saya ini Marsinah, saya tak mengenal  

wanita berotot,  

yang mengepalkan tangan,  

yang tampangnya garang  

di poster-poster itu; 

saya tidak pernah jadi perhatian  

dalam upacara, dan tidak tahu  

harga sebuah lencana." (Melipat Jarak: Damono, 2015:11)

 

Dalam teks puisi tersebut Sapardi Djoko Damono menggambarkan Marsinah sebagai wanita yang gagah, kuat, dan garang. Namun menurut pemahaman secara mendalam teks puisi tersebut menunjukan Marsinah sebagai sosok yang lemah dan tidak berdaya bahkan tidak ada yang memperhatikannya sebagai perempuan yang harus disayangi dan dijaga hal ini ada pada kutipan teks puisi saya tidak pernah jadi perhatian. Sebagai sosok perempuan Marjinah digambarkan juga dengan kehidupan sederhana seperti pada kutipan teks puisi ...dan tidak tahu harga sebuah lencana.

         

9. Citra Perempuan dari Segi Masyarakat 

Marsinah itu arloji sejati,  

melingkar di pergelangan  

tangan kita ini;  

dirabanya denyut nadi kita, 

dan diingatkannya

agar belajar memahami  

hakikat presisi. (Melipat Jarak: Damono, 2015:11)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun