Mohon tunggu...
Muh. Aditya Wisnu Wardana
Muh. Aditya Wisnu Wardana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang belajar dan berlatih

Muhammad Aditya Wisnu Wardana; Universitas Sebelas Maret 2020; Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; Menulis untuk kesenangan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kajian dan Analisis Teori Feminisme sebagai Citra Perempuan dalam Puisi "Dongeng Marsinah" Karya Sapardi Djoko Damono

21 April 2021   19:46 Diperbarui: 21 April 2021   20:21 6846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://normantis.com/2016/09/17/dongeng-marsinah-arloji-sejati-puisi-sapardi-djoko-damono/

Feminisme adalah gerakan persamaan antara laki-laki dan perempuan di segala bidang baik politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan kegiatan terorganisasi yang mempertahankan hak-hak serta kepentingan perempuan. Feminisme merupakan kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, baik di tempat kerja dan rumah tangga (Sugihastuti, 2010:18). Teori feminis berbeda dengan kebanyakan teori sosiologi dalam berbagai hal. Teori ini adalah pemikiran sebuah komunitas interdisipliner, yang tidak hanya mencakup para sosiolog tetapi juga sarjana dari disiplin lain seperti penulis kreatif dan aktivis politik.

Dalam ilmu sastra, feminisme ini berhubungan dengan konsep kritik sastra feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisis kepada wanita (Sugihastuti, 2000:37). Feminisme secara umum membahasa masalah mengenai perempuan yang dikaitkan dengan emansipasi, Gerakan menuntut hak perempuan sama dengan hak laki-laki dalam berbagai bidang. Namun perlu digaris bawahi bahwasannya feminisme bukanlah pemberontakan pada perempuan sebagai upaya melawan kodrat perempuan seperti dalam rumah tangga dan perkawinan, melainkan lebih sebagai upaya untuk mengakhiri penindasan, kekerasan, dan eksploitasi yang terjadi pada perempuan saat ini.

Kritik sastra feminisme berasal dari hasrat para feminis untuk mengkaji karya penulis wanita di masa silam dan untuk menunjukkan citra wanita dalam karya penulis pria yang menampilkan wanita dan sebagai makhluk yang dengan berbagai cara ditekan, disalahtafsirkan, serta disepelekan oleh tradisi partikal yang dominan (Djajanegara, 2002:16).

Some people consider that feminism has not been well accepted by most Indonesian. However, feminism does exist in Indonesian literary world as a counter hegemonic on patriarchal culture. Patriarchal culture, according to Marilyn French, is regarded as a set of values which puts men as having legitimation, authority, and legal power to conquer women systematically. 

Dijelaskan bahwa beberapa orang menganggap bahwa feminisme belum diterima dengan baik oleh sebagian besar warga Indonesia. Feminisme tidak ada dalam dunia sastra Indonesia sebagai hegemoni pada budaya patriarki. Budaya patriarki, menurut Marilyn French, dianggap sebagai seperangkat nilai-nilai yang menempatkan laki-laki memiliki legitimasi, otoritas, dan kekuasaan hukum untuk menaklukkan wanita secara sistematis dikutip dari Suyitno (2014: 34).

Adapun dasar pemikiran analisis sastra dalam perspektif feminisme, masyarakat memandang perempuan sebagai kaum lemah dan lembut, namun sebaliknya laki-laki sebagai kaum yang cerdas, kuat, dan aktif. Hal ini membuat stereotipe di masyarakat yang menganggap bahwa laki-laki memiliki peranan penting dalam publik, sedangkan wanita hanya dianggap memiliki peran domestik. 

Maksud peran domestik disini adalah di kasur, di sumur, dan di dapur. Dengan adanya pelabelan pada masyarakat tentang hal tersebut membuat banyaknya ketidakadilan dan kekerasan pada wanita. Pembedaan perlakuan ini memunculkan gerakan kaum perempuan untuk menentang pembedaan tersebut. Mereka memprotes perlakuan tersebut dengan berbagai cara, salah satu tujuannya adalah untuk menunjukkan keberadaan mereka.  

Marsinah digambarkan oleh Sapardi Djoko Damono sebagai perempuan buruh pabrik arloji yang meninggal karena penyiksaan dan kekerasan. Marsinah dalam kehidupan nyata memang digambarkan sebagai seorang aktivis perempuan dan buruh pabrik pada zaman orde baru, yang diculik dan ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993 setelah menghilang selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan Dusun Jegong, Desa Wilangan dengan bekas penyiksaan berat pada tubuhnya.

Langsung saja tidak pakai panjang lebar kita akan mengkaji dan menganalisis teori feminisme di dalam puisi Dongeng Marsinah karya Sapardi Djoko Damono

Kajian feminisme perlu dilakukan lantaran banyak kaum perempuan yang masih merasa tidak bebas dalam menentukan kehidupan dan masih banyak penindasan yang terjadi pada wanita. Sebenarnya perjuangan seorang wanita sama dengan seorang laki-laki dalam bekerja penuh semangat dan tekun untuk memenuhi kehidupan keluarga. Kadangkala wanita juga menjadi tulang punggung keluarga demi memenuhi kebutuhan hidup dan makan sehari-hari.

Pada umumnya pandangan masyarakat saat ini, wanita memiliki ketelatenan dan kecermatan dalam melakukan setiap pekerjaan, kedudukan dan guna istri begitu penting dalam urusan rumah tangga. Orang tua zaman dulu khususnya dalam budaya Jawa selalu memberikan nasihat agar para istri memperhatikan dapur, sumur, dan Kasur. Namun dalam puisi Dongeng Marsinah menggambarkan seorang perempuan yang gigih bekerja sebagi seorang buruh pabrik arloji, yang karena aksinya untuk menuntut keadilan, ia diculik dan disiksa, kemudian dibunuh, berikut kajian feminisnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun