Perbedaan dari kinayah dan tauriyah dalam balaghoh
Berbicara tentang perbedaan pastilah juga ada sedikit yang membuat kita sedikit bingung tentang ilmu balaghoh dari kinayah dan tauriyah.. dari tulisannya saja sudah berbeda... untuk penjelasan lebih detail coba kitaikuti artikel dibawah ini...
Sebelum kita mengetahui perbedaan daripada adanya kinayah dan tauriyah akan lebih baiknya kita ulas terlebih dahulu tentang apasih arti dari kinayah dan tauriyah? Kinayah dalam bahasa adalah menerangkan sesuatu dengan perkataan lain atau mengatakan dengan kataan dan sindiran.Â
Sedangkan dalam istilah adalah lafadz yang disampaikan dan dimaksud adalah kelaziman maknanya, tetapi juga boleh diartukan dengan makana sebenarnya.Sedangkan tauriyah adalah dalam terminologi ilmu balaghah adalah suatu lafadz yang mempunyai makna ganda, makna pertama dekat dan jelas akan tetapi tidak dimaksud, sedangkan makna kedua jauh dan tersembunyi, akan tetapi makna itulah yang dimaksud.
Dalam hal ini dapat menjadi sebuah penyelesaian masalah kita adalah bahwasanya dalam kinayah dalam penyampaian maksud kita boleh mengambil dari makna dekat atau makna jauhnya. Akan tetapi dalam tauriyah kita hanya boleh memaksudkan sebuah ungkapan dengan makna jauhnya. Untuk persamaan mereka sama- sama mengandung pujian atau sindiran.
Kita lihat dari contonya:
TauriyahÂ
Sesuatu yang dipersiapkan dengan lafadz yang sesuai sesudahnya.
Contoh:
"Sesungguhnya ia menggerakkan baju lapang yang menyelubungi seluruh badan dengan tangan kanan."
Kata pada contoh di atas memiliki dua makna, yaitu: pertama, tangan kiri (makna dekat) kedua, baju longgar yang menyelubungi seluruh tubuh (makna jauh) dan ini makna yang dikehendaki, akan tetapi makna ini tidak kelihatan jelas karena tertutupi oleh kata sesudahnya yaitu yang berarti tangan kanan.
 KinayahÂ
Contoh dalam firman Allah QS.Nuh ayat 7:
      Â
"Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat." (Nuh: 7)
 yang bermakna banyak abunya. Namun yang dimaksud bukanlah makna yang sebenarnya, melainkan makna lain yang menjadi kelazimannya. Yang dimaksud oleh al Khanza adalah seorang yang banyak abunya banyak menyalakan api, orang yang banyak menyalakan api berarti banyak memasak, orang yang banyak memasak berarti banyak tamunya, orang yang banyak tamunya berarti dermawan.
       Â