Sosok Tuanku Imam Bonjol. Bonjol, Kabupaten Pasaman Barat, tidak akan pernah dilupakan. Karena Tuanku Imam Bonjol berserta pengikutnya dalam perang Paderi, dengan gigih tanpa menyerah melawan penjajah Belanda. Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat tahun 1772. Beliau wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864. Tuanku Imam Bonjol dengan nama kecil Muhammad Shahab atau Petto Syarif. Dia adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang melawan Belanda yang dikenal dengan Perang Paderi di tahun 1803-1837. Pada tahun 1996, saya pernah ziarah ke makam beliau. Perjuangan beliau tanpa menyerah, diberikan anugerah Pahlawan Nasional Indonesia (SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, 6 November 1973).
Bukit Tak Jadi, yang berada di lereng pergunungan Bukit Barisan di pinggiran Bonjol, menjadi pilihan untuk saya kunjungi, 12 Juli, 2023. Kunjungan tersebut bertepatan denhgan peringatan hari Koperasi Indonesia itu, juga dilangsungkan ke Masjid Seikh Muhammad Said dan Seikh Maulana Ibrahim, kedua nya adalah ulama Thariqat di Bonjol.
Benteng Bukik Tak Jadi, belumlah popular bagi masyarakat Sumatera Barat, di Kampung Caniago, Nagari Ganggo Hilie, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman Barat. Terdapat akses menuju lokasi, lokasi tak jauh dari kantor Wali Nagari Ganggo Hilir dan Pasar Ganggo Hilie. Misalnya tukang ojek yang membawa saya ke lokasi bersejarah ini, menyatakan belum pernah datang kesana apalagi memahami sejarah perjuangan Tuanku Imam Bonjol. Mereka hanya mengetahui Tuanku Imam Bonjol adalah seorang ulama dan pahlawan.
Sebuah peristiwa tragis yang terjadi bulan Nopember 1836, benteng ini dikepung penjajah Belanda, mereka menerobos ke benteng melalui terowongan yang berada di Masjid yang terbakar. Sejumlah mujahid, pasukan Tuanku Imam Bonjol wafat dan juga Tuanku Imam Bonjol, saat itu tertangkap.
Untuk mencapai puncak Bukit Tak Jadi, hanya dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan roda dua. Karena jalan nya mendaki dan berbelok serta hanya dengan lebar 1,5 m. Sebuah jembatan menuju jalan kecil itu, sudah lama rusak. Banyak kayu lantai jembatan yang berlobang dengan tambal sulam yang tidak kuat, sehingga tidak dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Selain jalan mendaki menuju benteng, juga terdapat kerusakan dan sejumlah lobang, karena kurang terpelihara dengan baik.
Namun Benteng Tak Jadi, telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, dengan nomor inventaris 07/BCB-TB/A/08/2007.
Benteng Bukit Tak Jadi, menurut Rizal perantau dari Bonjol yang tinggal di Padang Panjang serta warga masyarakat di Bonjol, adalah merupakan basis pertahanan penting Tuanku Imam Bonjol. Dari benteng ini kekuatan dan pertahanan dari gempuran pasukan Belanda dari tahun 1821 sampai 1837.
Sayang sekali, di lokasi saat ini, tidak ditemukan bekas perjuangan itu. Hanya ditandai dengan "Lokasi Meriam", Tapak Mesiu dan data kelahiran dan wafatnya Tuanku Imam Bonjol. Tanda tanda sebuah benteng sebagai bangunan pertahanan. Syujurlah, telah dibangun sebuah monumen perjuangan Tuanku Imam Bonjol.
Sebuah monumen perjuangan Tuanku Imam Bonjol berwarna emas, dapat dibaca tulisan yang mengugah hati dan memperlihatkan kekecewaannya terhadap masyarakat Bonjol yang terpecah dan tidak mau bersatu, "Melawan Kolonial Belanda bukan masalah bagiku, namun untuk mempersatukan masyarakat Bonjol terluka hatiku karenanya,".
Pemanfaatan situs Benteng Tak Jadi, selain untuk ranah pendidikan dan wisata sejarah, dikembangkan untuk wisata olah raga paralayang, yang mulai digiatkan sejak delapan tahun yang lalu. oleh oleh Pemerintah daerah Kabupaten Pasaman Barat, didukung oleh Dinas Porabudpar, Wali Nagari Ganggo Hihie serta masyarakat Bonjol. Memang untuk kegiatan paralayang, tidaklah dapat menyamai kualitas Puncak Lawang, di Kecamatan Matur, Kabuopaten Agam dan Bukit Limbubu di Kabupaten Pesisir Selatan.
Di Ujung pendakian ke Banteng Tak Jadi, memang telah diperbaiki jalan setapak dengan anggaran lebih Rp. 750. Juta, sebuah perbaikan yang memerlukan kelanjutan. Diharapkan agar Pemerintah Daerah Kabupaten Pasaman Barat, dan Pemerintah Propinsi Sumatera Barat, merencanakan untuk membuat jalan ke Benteng Tak Jadi ini, yang memungkinkan kendaraan roda empat dapat dapat mejangkau nya. Semoga