Jumat, 13 Juli 2017 berkesempatan mengunjungi Surau Jembatan Besi yang penuh sejarah. Ketika memasuki lokasi terasa banyak perubahan, tidaklah seperti yang dibayangkan semula. Sebuiah surau dengan ciri "heritage" dan dipertahankan suasana dengan lamanya tahun "tiga pulkuhan" . Bangunan kayu, penuh "meja" ngaji, ada kolam didepan dan tempat wudhu dengan bak.
Surau Jembatan Besi
Surau Jembatan Besi telah berganti nama derngan Mesjid Zuamma. Ketika memasuki masjid ini tidak terlihat lagi kekhususan bangunan lama, sekarang seperti masjid lazimnya di Sumatera Barat. Mesjid telah dibanggun mernjadi dua tingkat secara permanen. Di bagian bawah buat shakat dan praktek ubudiah murid SD. Dibagian atas digunakan untuk tempat pengajian.
Disamping kanan masjid telah berdiri sebuiah SD, dengan nama SD IT Juara. Juga dibagian kiri ada bangunan dua tingkat. Di bagian kiri juga terdapat bangunan dua tingkat , yang digunakan oleh SD IT ini. Saya bertanya kepada seorang pengurus Mesjid Pak Jusaal Yuna, apakah kedua bangunan yang diguinakan SD ini juga bagian dari masjid. Beliau memberikan penjelasan, "Bahwa SDIT yang ada di kiri dan kanan menyewa tempat milik masjid". Beliau tidak mengertahui kapan dan berapa kontraknya, karema baru ikut sebagai bendahara masjid sebagai bendahara, dua tahun,
Kegiatan kegiatan masjid, seperti TPA masih ada, juga acara peringatan hari besar Islam, Shalat Idul Fitri, Shalat Iudul Adha, pemotongan hewan qurban, penerimaan dan penyaluran Zis, Pada sore hari dilaksanakan pengajian ibu-ibu, dan tausiah regular, mingguan dan bulanan. Shalat Jum`at, shalat rawatib, peringatan hari besar Islam serta pengajian rutin lain. Pak Jusaal memberikan informasi agar menemui Pak H Anas yang puluhan tahun menjadi pengurus Mesjid Ini. H Anas sekarang menjadi Pengurus Mesjid Nurul Iman, yang berada sekitar 400 meter di jalan raya menuju ke Padang, Junaal memberikan informasi bahwa H Anas, diamanahkan sebagai pengawas (2009-2012) Pada periode sebelumnya menjabat sebagai Sekretaris (2002-2007). Jabatan ini juga telah pernah diamanhkan kepada nya pada tahun 1962-1965.
Ketika saya tanyakan sejak kapan bagian dari asset mesjid dikontrakkan dan bagaimana peran Surau Jembatan Besi dulunya, beliau kurang mengetahuinya.
Pusat Ulama
Surau Jembatan Besi di era tahun 30 an diakui secara nasional sebagai pusat da`wah, pendidikan dan kajian Islam yang telah dimulai sebelum tahun 1900, rangkaian kegiatan pengajian dengan pola halakah "lesean", juga tersebar di seluruh Minangkabau.
Pengajian yang dipimu ini digantuikan oleh kakaknya Sech Abdul Latif (ayahanda dari H Muchtar Luthfi) oleh H Abdullah Ahmadi digantikan oleh Sech Daud Rasyidi (Ayahanda H M D H PalimoKayo) pada tahubn 1907 karena beliau pindanh ke Padang, Ketika Sech Daud Rasyidi belajar ke Mekah pengajian di surau ini dipimpin oleh Sech Abdul Latif ( ayahanda H Muchtar Luthfi). Kemaudian pada tahun 1911 pimpinan pengajian dilanjutkan oleh Sech Abdul Karim Amrulah yang dikenal dengan H.Rasul yang merupakan ayahanda dari buya Hamka.
Peran Surau Jembatan Besi semakin besar dan berpengaruh dalam pendidikan agama Islam di Rumatera Barat dan Nusantara. H.Dt Palimo Kayo memberikan cacatan khusus, "Di bawah asuhan Syekh Abdul Karim Amarullah, Pengajian Surau Jembatan Besi bertambah maju, pelajaran kitab-kitab 'Arab bertambah meningkat, penuntut-penuntut ilmu Agama (yang di waktu itu terkenal dengan sebutan orang Siak) bertambah banyak berdatangan dari sekeliiing Minangkabau dan juga dari daerah-daerah lain, Tapanuli, Aceh, Bengkulu. Malaya, Siam dll.