Ada banyak berita tersebar di media massa, bahwa jika ingin masuk universitas ternama harus membayar kepada calo. Â Atau juga ada yang hendak memalsukan alamat agar sekolah anaknya masih dalam radius sekolah tersebut.
Semua permasalahan yang diungkap berbagai film itu muaranya adalah untuk perbaikan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia. Usai Presiden RI Joko Widodo menunjuk mantan CEO Gojek, Nadiem Makariem sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sontak ada harapan baru bagi masyarakat Indonesia.
Sebagian besar menunggu gebrakan apa yang hendak dilakukan oleh menteri dari kalangan millenial itu. Seperti Anand Kumar dan Ranchodas seperti yang saya ceritakan di atas, kita juga berharap Nadiem Makarim memberikan terobosan-terobosan revolusioner dalam bidang pendidikan.
Indonesia memang diprediksi akan mengalami bonus demografi, dimana jumlah angkatan usia aktif lebih banyak. Hal ini tentu membutuhkan jawaban dari berbagai sektor, termasuk dunia pendidikan. Mendidik anak bangsa agar siap bekerja merupakan solusi. Tapi mendidik mereka menjadi ahli, juga tak harus dinafikkan.
Ikatan Guru Indonesia (IGI) belum lama ini juga mengusulkan kepada Nadiem Makarim agar mengurangi mata pelajaran bagi siswa SD, SMP dan SMA. Tujuannya, agar proses belajar mengajar lebih mudah, dan sebagai solusi mengatasi kekurangan guru di daerah terpencil. Usulan semacam ini cukup penting, lantaran pelajaran bagi siswa sekolah dasar, menengah dan SMA adalah tentang pemahaman.
Belum lagi, cita Nadiem Makarim yang ingin menghidupkan kembali pendidikan karakter di sekolah. Tentu, hal ini juga sangat penting, karena pendidikan berbeda dengan pengajaran. Tentu ini bukan pekerjaan mudah bagi sosok Nadiem Makarim. Tugas berat ini, harus mendapat dukungan dari banyak pihak.