Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Film India, Nadiem Makarim, dan Dunia Pendidikan Kita

23 November 2019   06:46 Diperbarui: 26 November 2019   07:18 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendikbud Nadiem Makarim | Sumber: cnbc.com

Selang berapa lama kemudian, Anand Kumar yang berita-nya masyhur karena berhasil memecahkan soal matematika diterima mengajar di sekolah ternama. Kedatangannya justru dibelokkan oleh pihak sekolah. Bukan untuk mendidik, melainkan untuk bisnis. Meraup materi.

Alhasil, sekolah itu lantas membuka kelas matematika khusus dengan Anand Kumar sebagai gurunya. Biayanya tak murah. Hanya anak-anak orang kaya saja yang mampu ikut kelas khusus itu. Anand Kumar bergelimang kekayaan.

Akan tetapi, suatu waktu, ia kembali tersadar, jika banyak anak miskin di daerahnya yang berhak mendapat pendidikan setara dan bisa masuk universitas ternama.

Karena itulah, Anand Kumar lantas memutuskan berhenti dari sekolah itu dan membuka sekolahnya sendiri. Khusus masyarakat kurang mampu dan gratis tanpa biaya. Dari kegigihannya itu, Anand Kumar lantas berhasil mencetak murid-murid super yang sukses di berbagai bidang.

Kisah film "Super 30" sepintas memiliki unsur motivasi layaknya kita menonton film "Laskar Pelangi". Tapi lebih dari itu, kisah Anand Kumar tersebut sangat mencerahkan. Pendidikan berkualitas dengan pengajar sekelas Anand Kumar tidak saja harus dinikmati oleh anak orang kaya, melainkan juga wajib dinikmati masyarakat kurang mampu.

"Super 30" juga mengkritisi tentang bagaimana dunia pendidikan yang sarat pengabdian, dibelokkan menjadi sektor bisnis untuk meraup penghasilan. Untung saja, Anand Kumar yang pernah terlibat di dalamnya sadar akan hal itu dan melawannya dengan sepenuh tenaga. Tak hanya fitnah, bahkan ancaman pembunuhan juga pernah dihadapi Anand Kumar. Sebuah harga mahal dari upaya turut memperbaiki dunia pendidikan.

Film kedua adalah "3 Idiots" yang dibintangi oleh Aamir Khan. Mungkin sebagian besar sudah pernah menonton film yang disutradarai Rajkumar Hirani tersebut. Film ini cukup revolusioner, dan membuka mata dunia pendidikan Tinggi di India. Lagi-lagi substansi permasalahannya ada yang sama dengan di Indonesia.

Film 3 Idiot | Goldposter.com
Film 3 Idiot | Goldposter.com
Pada tingkat pendidikan tinggi, di India terjadi banyak mahasiswa bunuh diri karena mereka stres dengan pola belajar di universitas. Layaknya robot, mahasiswa dituntut banyak menghafal, "text book" dan belajar dengan cara yang sangat rumit.

Lalu seorang mahasiswa cerdas bernama Ranchodas mengubah paradigma itu semua. Sebagai mahasiswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata Ranchodas hanya ingin memberikan penyederhanaan agar belajar bisa dipahami, bukan dihafal. Belajar itu dinikmati agar memberikan dampak positif.

Salah satu adegan yang paling mengena dalam film ini adalah ketika Ranchodas mengikuti kelas teknik. Saat itu membahas soal mesin. Sang dosen bertanya kepada Rancho tentang apa itu mesin. Bukannya menjawab dengan definisi Ranchodas yang dibintangi oleh Aamir Khan justru memberikan jawaban simple yang mengena.

Menurutnya mesin adalah yang memudahkan dan membantu kinerja manusia. Ia mencontohkan ponsel, pulpen, bahkan resleting celana juga bagian dari mesin. Sontak saja, jawaban itu diprotes oleh sang dosen yang meminta Rancho menjabarkan definis mesin. Karena lama tak menjawab, akhirnya salah satu mahasiswa teladan yang hafalannya banyak menjawab dengan memberikan definisi panjang soal mesin. Dosen pun puas dengan jawaban itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun