Mohon tunggu...
Mubarok
Mubarok Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer, Mahasiswa Juga

LAHIR DAN BESAR DARI KELUARGA SEDERHANA, MENCOBA MENJADI MANUSIA YANG BERMANFAAT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Feminisme dan Media

11 November 2019   23:01 Diperbarui: 13 November 2019   05:17 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: @kulturtava

One is not born a woman, but rather become one (Simon de Beauvoir) 

Kutipan tersebut diambil dari Buku Gender Trouble: Feminism and The Subversion of Identity untuk menggambarkan bahwa gender dibentuk dalam konstruksi sosial dan kontestasi beragam kepentingan. 

Butler menyatakan bahwa kita harus mempertimbangkan kembali status perempuan sebagai subjek feminisme dan perbedaan sex/gender. 

Heteroseksual dan phallogosentrisme wajib dipahami sebagai rezim kekuasaan/wacana yang sering berbeda dalam menjawab persoalan wacana gender.

Bagaimana bahasa mengkonstruksi wacana kategori seksualitas? Gender adalah "pertunjukan" atau hasil pertunjukan. Perempuan sebagai subjek feminisme mendapat kritik dari Butler. 

Sebagai subjek feminisme berarti mengandaikan adanya identitas yang sudah eksis dan membutuhkan representasi subjek untuk mewakilinya.

Gender adalah penyesuaian berulang-ulang dari tubuh, sekumpulan tindakan yang berulang-ulang,dalam kerangka aturan yang rinci, sepanjang waktu untuk memproduksi substansi pertunjukan dan secara alamiah memisahkan keberadaannya (p.33). 

Konstruksi identitas bersifat politis dimana identitas tersebut harus ada terlebih dahulu kemudian politisi mengelaborasi dan melakukan aksi terhadap identitas tersebut. 

Artinya harus ada pelaku dibalik perbuatan. Ketika pelaku dikonstruksi oleh perbuatan itu sendiri maka sulit membedakan antara pelaku dan perbuatan. 

Butler mengemukakan teori performativitas gender untuk mengkritik para feminis yang membedakan antara sex dan gender. Selama ini dipahami bahwa seks adalah kodrat dan gender adalah konstruksi. 

Kritik yang dikemukakan adalah selama ini standar kodrat yang diberikan terhadap kategori seks sesungguhnya adalah konstruksi. Demikian halnya gender yang juga dinyatakan sebagai sebuah konstruksi maka kedua istilah tersebut sesungguhnya sama. 

Diskursus dan tindakan berulang-ulang yang dilakukan oleh masyarakat menghasilkan pengertian identitas seks dan gender yang mengalir, cair dan sangat mungkin berubah-ubah.

Dalam kumpulan esai "Undoing Gender" (2004), Judith Butler mengemukakan bahwa konsep gender belum selesai, berubah dari pandangan esensialis, permanen dan biner, yang terbatas pada pria dan wanita sehingga mereka yang berbeda tidak diakui karena tidak sesuai dengan standar ini. 

Berdasar pada kisah David dan Brenda yang diungkapkan dalam buku tersebut ada beberapa fase dalam tahapan gender. Fase pertama, identitas gender dilihat sebagai sesuai yang alami atau netral di masa anak-anak. 

Fase kedua menyatakan bahwa setiap orang memiliki keunikan identitas gender. Diskusi tentang gender selalu berada pada ranah biologi dan sosial, laki-laki dan perempuan. Butler menawarkan pandangan ketiga yang disebut sebagai intersex movement. 

Ketika individu memiliki identitas gender yang tidak termasuk dalam dua dikotomi biner tetaplah harus diterima dan dicintai tanpa harus memenuhi kontruksi sosial tentang identitas yang ada.

Studi tentang identitas merupakan salah satu bahasan utama dari Cultural Studies. Kontribusi pemikiran Butler menjadi krusial dalam aspek studi gender dan cultural studies. 

Otonomi individu dan penerimaan sosial menjadi bahan kajian dalam input politik sehingga individu bisa mengidentifikasi identitas dirinya.

Pertanyaan penelitian: Bagaimana konstruksi identitas gender dalam pemberitaan suarabaru.id dalam memberitakan perisitwa kekerasan dalam rumah tangga?

  • Butler, J. (1999) Gender Trouble: Feminism and the Subversion of Identity. New York: Routledge.URL
  • Butler, J. (2004) Undoing Gender. New York: Routledge.URL

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun