Fenomena yang saya lihat selama ini bisa disebut paradoks pangan. Saat krisis datang---entah itu krisis ekonomi, pandemi, atau ancaman perang---pertanian selalu menjadi penyelamat. Namun begitu keadaan kembali stabil, sorotan terhadap pertanian memudar.
Contohnya jelas saat pandemi COVID-19. Ketika banyak sektor lain mengalami keterhentian, pertanian tetap menjadi tulang punggung yang menjaga ketersediaan pasokan pangan bagi masyarakat. Tetapi setelah situasi kembali normal, perhatian publik kembali beralih ke sektor lain. Pola seperti ini tidak boleh dibiarkan, sebab ancaman perubahan iklim dan krisis pangan global tidak akan berhenti hanya karena keadaan sesaat membaik.
Mengubah Narasi: Apa yang Bisa Dilakukan?
Jika ingin mengangkat derajat ilmu pertanian, tidak cukup hanya menunggu perubahan datang dari dalam kampus. Harus ada gerakan besar yang melibatkan berbagai pihak.
a. Revitalisasi Pendidikan Pertanian
- Perguruan tinggi harus memperlakukan jurusan pertanian sebagai pusat riset dan inovasi, bukan sekadar fakultas pelengkap.
- Kurikulum perlu diperbarui agar sesuai dengan tuntutan industri, seperti agritech, keberlanjutan, dan ekonomi hijau.
- Sinergi antara perguruan tinggi, dunia usaha, dan pemerintah perlu ditingkatkan melalui kegiatan magang, penelitian terapan, serta pengembangan inkubasi wirausaha agribisnis.
b. Peran Pemerintah dan Media
- Pemerintah perlu memberikan insentif nyata bagi lulusan pertanian, misalnya akses modal, pelatihan kewirausahaan, atau subsidi inovasi.
- Media massa sebaiknya lebih sering menampilkan wajah modern pertanian, termasuk profil anak muda yang sukses mengembangkan usaha di bidang ini.
- Kampanye nasional tentang pentingnya pertanian harus dijalankan secara konsisten, bukan hanya ketika krisis melanda.
c. Kontribusi Mahasiswa dan Alumni
- Mahasiswa pertanian harus percaya diri menunjukkan bahwa ilmu mereka relevan dan strategis.
- Alumni wajib menjadi teladan, baik dengan berkarier di industri maupun membangun usaha sendiri.
- Narasi positif tentang pertanian harus terus disuarakan melalui tulisan, seminar, dan media sosial.
Tantangan dan Harapan di Masa Depan
Sektor pertanian akan selalu berhadapan dengan tantangan. Mulai dari keterbatasan lahan, perubahan iklim, hingga rendahnya minat generasi muda. Namun, justru dari tantangan itu lahir peluang besar.
Ketika lahan semakin sempit, maka teknologi intensifikasi akan menjadi solusi. Ketika iklim semakin ekstrem, varietas unggul yang tahan cuaca harus dikembangkan. Jika generasi muda merasa kurang tertarik bekerja langsung di sawah, maka sektor wirausaha agritech dapat menjadi alternatif yang mampu menarik perhatian mereka.
Penutup: Mengubah Cara Pandang, Menata Ulang Masa Depan
Bila ada yang bertanya mengapa jurusan pertanian masih diremehkan, jawaban saya sederhana: bukan karena ilmunya tidak penting, melainkan karena cara pandang kita yang keliru. Pertanian selama ini hanya dilihat dari sisi tradisional, bukan dari kacamata modern yang penuh potensi.
Namun, keadaan ini bisa berubah. Pertanian harus kita narasikan ulang sebagai bidang strategis, penuh inovasi, dan menyimpan peluang ekonomi yang luar biasa. Melalui perubahan pola pikir, dukungan yang konkret, serta penanaman rasa bangga di kalangan generasi muda, sektor pertanian berpotensi kembali berdiri kokoh sebagai fondasi utama keberlanjutan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI