Mohon tunggu...
M Topan Ketaren
M Topan Ketaren Mohon Tunggu... Konsultan Perkebunan (Advisor) at PalmCo Indonesia

Manajer senior dengan pengalaman 31 tahun di industri perkebunan. Bekerja dengan berorientasi pada detail dan pengembangan industri perkebunan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pertanian dan Masa Depan Bangsa - Mengubah Stigma, Menggali Potensi, dan Menatap Harapan

21 Agustus 2025   21:38 Diperbarui: 21 Agustus 2025   21:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertanian adalah Pilar Masa Depan

Pertanian yang Masih Dipandang Sebelah Mata

Sebagai seseorang yang lama mengamati perkembangan dunia pertanian di Indonesia, saya sering dibuat resah oleh kenyataan bahwa bidang ini masih dianggap sebelah mata. Jurusan pertanian di kampus-kampus sering kali tidak menjadi pilihan utama, melainkan hanya alternatif bagi mereka yang tidak lolos di jurusan lain. Padahal, sektor pertanian merupakan tulang punggung kehidupan manusia. Kita makan setiap hari, dan makanan itu lahir dari proses panjang pertanian.

Ironisnya, dunia pertanian kerap dicitrakan sebagai pekerjaan kuno, melelahkan, dan tidak menjanjikan. Anak muda lebih tertarik bekerja di sektor industri, teknologi, atau jasa yang dianggap lebih modern dan prestisius. Padahal, jika mau melihat lebih dalam, peluang di bidang pertanian sama sekali tidak kalah, bahkan justru menjadi kunci masa depan bangsa.

Asal Mula Stigma dan Akar Masalah

Asal Mula Stigma dan Akar Masalah 
Asal Mula Stigma dan Akar Masalah 

Mengapa dunia pertanian kerap dipandang sebagai sektor yang kurang bergengsi? Pertanyaan ini terus terngiang dalam pikiran saya. Ternyata jawabannya terletak pada warisan budaya, narasi sosial, hingga kelemahan dalam promosi pendidikan pertanian itu sendiri.

a. Persepsi Tradisional yang Masih Mengakar

  1. Pertanian sering dipersepsikan sebagai pekerjaan yang hanya menggunakan tenaga fisik. Orang membayangkan petani dengan cangkul, lumpur, dan keringat, bukan dengan laptop, drone, atau sensor tanah modern.
  2. Kemajuan teknologi pertanian jarang ditampilkan secara luas di media arus utama. Padahal, hari ini ada petani yang mengatur irigasi dengan smartphone atau memantau kesehatan tanaman dengan satelit.
  3. Karena kurangnya informasi, banyak orang mengira penghasilan dari pertanian tidak bisa menjanjikan. Padahal, jika dikelola dengan benar, hasilnya bisa lebih besar daripada pekerjaan kantoran biasa.

b. Kelemahan Sistem Promosi Pendidikan

  1. Program studi pertanian di perguruan tinggi jarang diperkenalkan atau diposisikan sebagai pilihan utama. Banyak sekolah menengah bahkan tidak mengenalkan prospek menarik di bidang ini.
  2. Mahasiswa yang akhirnya masuk ke jurusan pertanian sering kali bukan karena minat, melainkan karena keterpaksaan. Dampaknya, mereka tidak menggali potensi penuh dari ilmunya.
  3. Diskursus tentang pertanian hanya muncul di tengah krisis pangan. Begitu krisis selesai, pembicaraan tentang pentingnya pertanian kembali redup.

Pertanian Adalah Pilar Masa Depan

Pertanian adalah Pilar Masa Depan
Pertanian adalah Pilar Masa Depan

Bila kita menengok kondisi global, jelas terlihat bahwa pertanian akan menjadi sektor strategis dalam beberapa dekade mendatang. Jumlah penduduk di dunia terus mengalami peningkatan, sedangkan ketersediaan lahan subur untuk bercocok tanam semakin menyempit. Perubahan iklim menambah tantangan dengan cuaca ekstrem dan musim yang tak menentu. Dalam situasi seperti ini, pertanian modern adalah penentu apakah umat manusia bisa bertahan atau tidak.

Indonesia sebenarnya memiliki potensi luar biasa. Iklim tropis memungkinkan kita menanam sepanjang tahun, sesuatu yang tidak dimiliki negara empat musim. Keanekaragaman hayati kita juga menjadi modal besar untuk riset dan pengembangan varietas unggul. Sayangnya, semua ini sering belum dimanfaatkan dengan maksimal karena keterbatasan kebijakan dan pandangan sempit terhadap pertanian itu sendiri.

Realitas di Dunia Kerja Pertanian

Realitas di Dunia Kerja Pertanian
Realitas di Dunia Kerja Pertanian

Banyak orang mengira lulusan pertanian hanya bisa menjadi petani atau penyuluh. Pandangan ini jelas salah besar. Dunia kerja pertanian sangat luas dan penuh dengan ragam peluang yang sering tidak diperhatikan publik.

a. Ragam Peluang yang Sering Terabaikan

  1. Perusahaan perkebunan besar selalu membutuhkan tenaga ahli di bidang agronomi, manajemen kebun, dan riset produksi.
  2. Lembaga penelitian membuka pintu bagi lulusan pertanian untuk mengembangkan inovasi pangan, bioenergi, hingga teknologi ramah lingkungan.
  3. Perusahaan multinasional di bidang agroteknologi selalu mencari pakar pertanian yang mampu menjembatani riset dan praktik di lapangan.

b. Skill Khusus Lulusan Pertanian

  1. Analisis lapangan: mulai dari memahami kondisi tanah, pola iklim, hingga dinamika ekosistem.
  2. Ketahanan mental: terbiasa bekerja dalam situasi yang tidak pasti membuat lulusan pertanian lebih tangguh menghadapi tekanan.
  3. Adaptasi teknologi: sarjana pertanian diharapkan bisa memadukan ilmu pengetahuan dengan teknologi modern, mulai dari penggunaan drone, sensor kelembapan, hingga pemanfaatan kecerdasan buatan.

Paradoks Pertanian di Mata Publik

Paradoks Pertanian di Mata Publik
Paradoks Pertanian di Mata Publik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun