Mohon tunggu...
M Topan Ketaren
M Topan Ketaren Mohon Tunggu... Konsultan Perkebunan (Advisor) at PalmCo Indonesia

Manajer senior dengan pengalaman 31 tahun di industri perkebunan. Bekerja dengan berorientasi pada detail dan pengembangan industri perkebunan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tantangan Perkebunan dari Waktu ke Waktu

16 Juni 2025   22:16 Diperbarui: 16 Juni 2025   22:16 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi (M. Topan Ketaren)

Saya sangat mendukung pengawasan dan kritik konstruktif. Namun jika itu dilakukan dengan niat manipulatif, bukan solusi yang lahir, tapi konflik berkepanjangan yang tidak menguntungkan siapa pun.

3. Media - Membentuk Persepsi, Tapi Sering Tak Mendalam

Sumber: Dokumentasi Pribadi (M. Topan Ketaren)
Sumber: Dokumentasi Pribadi (M. Topan Ketaren)

Dalam dunia modern, persepsi publik sangat dipengaruhi oleh media. Namun sayangnya, banyak pemberitaan tentang industri perkebunan yang hanya mengangkat sisi negatifnya. Konflik lahan, kebakaran hutan, perusakan lingkungan---semua itu diekspos habis-habisan, sementara kerja keras kami untuk membina masyarakat, menerapkan prinsip keberlanjutan, dan memperbaiki sistem, nyaris tak tersentuh.

Saya tidak anti-media. Justru saya sangat berharap, dengan adanya media yang adil dan faktual, bisa menjadi penghubung antara masyarakat dan perkebunan. Tapi saya berharap, sebelum menulis dan menyebarkan berita, wartawan semestinya turun ke lapangan. Lihat sendiri bagaimana kami bekerja, tantangan apa yang kami hadapi, dan bagaimana kami mencoba menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Kalau hanya melihat dari jauh, tentu yang terlihat hanya kerusakan. Tapi bila mendekat dan menyelami, Anda akan melihat perjuangan yang tidak sederhana.

4. Regulasi Global yang Berat Sebelah

Beberapa tahun terakhir, dunia internasional memberlakukan berbagai regulasi dan sertifikasi yang harus dipenuhi oleh produk perkebunan Indonesia. RSPO, ISPO, dan lain sebagainya, semua itu menuntut biaya, waktu, dan sumber daya yang besar.

Saya mendukung prinsip keberlanjutan. Tapi saya juga melihat bahwa regulasi global sering kali tidak mempertimbangkan kondisi riil petani kecil. Bagaimana petani swadaya yang memiliki dua hektar kebun sawit bisa memenuhi semua standar itu? Mereka bahkan tidak tahu apa itu deforestasi menurut definisi Eropa, apalagi punya sistem pelacakan rantai pasok.

Jika regulasi hanya berpihak pada negara maju dan mengorbankan petani kecil, maka keadilan global hanya akan menjadi slogan. Indonesia butuh berdiri tegak membela komoditasnya sendiri, tanpa melupakan pentingnya perbaikan internal.

5. Tantangan Internal - Regenerasi dan SDM

Di antara semua tantangan eksternal, ada satu tantangan besar yang datang dari dalam industri sendiri: krisis regenerasi. Anak-anak muda semakin enggan bekerja di perkebunan. Mereka lebih tertarik pada dunia digital, kota besar, dan karier yang tampak lebih prestisius.

Padahal, sektor perkebunan adalah salah satu sektor paling strategis dan menjanjikan. Saya sendiri merasakan bagaimana karier saya tumbuh dari bawah hingga ke level manajerial. Tapi untuk menggapainya diperlukan prinsip, ketabahan, dan keinginan untuk terus belajar.

Saat ini, saya banyak melihat kekosongan di level manajemen menengah. Para senior sudah mendekati masa pensiun, sementara generasi muda belum cukup banyak yang siap mengambil tongkat estafet. Kalau situasi ini dibiarkan, produktivitas dan kesinambungan industri bisa terancam.

6. Iklim Ekstrem dan Dampaknya pada Produksi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun