Kedua, mengukur dampak proyek pembangunan terhadap taraf sosial-ekonomi masyarakat. Â
Dengan pendekatan ini maka ukuran "rekam jejak kinerja" akan muncul berupa indikator-indikator sosial-ekonomi yang berlaku sama untuk semua daerah. Â Hal itu memungkinkan perbandingan antar daerah. Juga bisa melihat posisi suatu daerah dalam konteks Indonesia.
Indikator yang akan tampil adalah angka-angka obyektif dampak pembangunan. Lazimnya ada lima indikator yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, rasio gini pendapatan, tingkat kemiskinan, tingkat kebahagiaan (IK), dan indeks pembangunan manusia (IPM).
Pendekatan kedua inilah yang akan saya gunakan. Â Alasannya, pertama, tujuan pembangunan adalah peningkatan kemakmuran rakyat. Â Karena itu dampak sosial-ekonomi proyek pembangunanlah yang harus menjadi ukuran. Â Bukan realisasi proyek itu sendiri.
Kedua, pembandingan kinerja antar dua gubernur harus didasarkan pada indikator yang sama dan setara. Â Dalam hal ini lima indikator tersebut di atas telah memenuhi syarat.
Untuk menjamin obyektivitas dan keadilan (fairness), maka pembandingan "jejak rekam kinerja" gubernur ini merujuk pada data statistik BPS -- sebagai sumber data yang "netral". Â Perbandingan dilakukan untuk periode 2017-2022, mengambil masa kegubernuran Anies Baswedan di Jakarta.Â
Perbandingan Kinerja Ganjar dan Anies
Saya sudah mengakses dan kemudian mengolah data yang dipublikasikan BPS secara daring (bps.go.id) terkait PDB per kapita (pada harga berlaku), Rasio Gini, Angka Kemiskinan, IPM, dan IK. Hasilnya sebagai berikut (lihat tabel).Â
Berdasar data pada tabel itu dapat dipaparkan perbandingan rekam jejak kinerja pemerintah Jawa Tengah (Ganjar Pranowo) dan DKI Jakarta (Anies Baswedan) sebagai berikut ini.
PDB per Kapita. Dalam kurun 2017-2022 PDB per kapita/tahun Jateng meningkat sebesar  23.14%, rerata 4.40% per tahun, dari 34.23 juta (2017) menjadi 42.15 juta.  Sedangkan PDB per kapita Jakarta naik sebesar 30.86%, rerata 5.61% per tahun, dari Rp 228.00 juta (2017) menjadi Rp 298.36 juta (2022).Â
Tingkat pertumbuhan PDB Jateng dan Jakarta berada di bawah angka nasional yang mencatatkan peningkatan 36.89%, rerata 6.64% per tahun, dari Rp 51.89 juta (2017) menjadi Rp 71.03 juta (2022).